Kamis, 11 Agustus 2016

Mendadak Palestina : Saat Lagu We Will Not Go Down Hilang di Youtube

Seperti biasa, setiap malam saya berkutat dengan media sosial. Baik itu facebook, twitter, dan instagram. Saya bekerja memang untuk itu.

Mata saya tertuju pada satu postingan teman yang membagikan kiriman dari akun lain. Isinya bahwa Palestina hilang di google maps.

Postingan seperti itu sering saya abaikan. Alasannya banyak oknum tak bertanggung jawab yang suka menyebarkan berita hoax demi mendapatkan banyak komentar ataupun like.

Sampai saya menulis ini saya belum membaca isi postingan tersebut. Entah kenapa saat saya membuka youtube saya tertarik untuk mendengarkan lagu dari Michael Heart yang berjudul We Will Not Go Down atau dikenal Song for Gaza.

Lagu ini bukan pertama kali ini saya mendengarnya. Versi asli Michael Heart di youtube mungkin sudah puluhan kali saya dengar. Termasuk lagu-lagu yang dicover ulang oleh orang lain.

Tapi malam ini saya sedikit kebingungan. Lagu Michael Heart tersebut tiba-tiba saja susah dicari. Bahkan dengan kata kunci lainnya, yang muncul hanya versi-versi cover dari orang lain.

Lantas kemana versi asli dari Michael Heart nya ?

Saat memikirkan inilah saya jadi teringat kembali dengan kasus Palestina dan Google Maps. Jangan-jangan.....

Guna memastikannya saya search lagi lagu tersebut. Tapi tetap tidak ada.

Channel youtube MichaelHeartsMusic yang berisi lagu-lagu dari Michael Heart juga tidak ditemukan judul We Will Not Go Down. Ada 14 klip di channel tersebut.

Dari 14 itu ada satu klip video yang dibuat menjadi privat. Jangan-jangan ini dia lagu We Will Not Go Down versi Michael Heart. Tapi mengapa dibuat privat? Apa alasannya. Apakah ada hubungan dengan google maps itu.

Entahlah.....





Rabu, 27 Juli 2016

Bahagia Saat Melihat Orang Lain Bahagia

Tiba-tiba ada rasa getir di hati saat membaca status teman di facebook.

Kapan giliran saya ?. Langsung saja pikiran tertuju pada masalah yang kerap melanda saya selama ini.

Tak enak hati itulah yang terjadi malam ini. Ah sudahlah mungkin ini hanya perasaan iri semata.

Ya, iri karena mengapa saya belum dan kenapa mereka bisa saya tidak.

Ditambah lagi setumpuk masalah yang selama ini terabaikan solusinya. Mungkin aku harus keluar beli sebungkus rokok dan buat kopi hitam kental.

Biarkan malam ini mata saya tertidur dengan sendirinya. Sebelum tertidur biarkan saya merenung.

Merenung untuk kebahagiaan orang lain. 


#BahagiaMelihatOrangBahagia

Rabu, 21 Oktober 2015

Sisi Lain Kota : Masih Ada Warga Palembang Bangun Jalan Pakai Uang Sendiri


POTONG KAMBING- Warga Rukun Tetangga (RT) 05, Kelurahan Srimulya, Kecamatan Sematang Borang Palembang urunan untuk membangun jalan, Minggu, (18/10). Usai Jalan selesai dibangun warga memotong kambing untuk syukuran. (Foto : M Syah Beni)

TIDAK
ingin berlama-lama menunggu perhatian pemerintah, warga Rukun Tetangga (RT) 05, Kelurahan Srimulya, Kecamatan Sematang Borang Palembang urunan untuk membangun jalan, Minggu, (18/10).


Hanya dalam waktu 10 hari, jalan selebar delapan meter dan panjang 700 meter berhasil diselesaikan. Atas keberhasilan tersebut warga sangat bersukacita dan menggelar acara syukuran dengan memotong seekor kambing.


Jalan tersebut berada di perkampungan warga. Perkampungan ini berada jauh dari akses jalan yang dikatakan laik. Jalan poros kecamatan bahkan masih ada yang belum mendapatkan pengerasan. Untuk menuju rumahnya, warga harus menyusuri jalanan berupan tanah yang lebarnya hanya satu meter.


Sadar akan sulitnya mendapatkan bantuan dari pemerintah. Warga akhirnya sepakat membuat jalan secara urunan. Jalan tersebut bahkan dibuat selebar delapan meter dan panjang 700 meter. 


"Jalan ini kita bangun secara gotong-royong dan uangnya dari sumbangan warga. Kita hanya ambil Rp 500 permeter bagi warga yang punya tanah di pinggir jalan," ujar Martawan, ketua panita pembangunan jalan.


Tidak puas sampai di sana. Warga dalam waktu dekat akan melanjutkan pengerjaan dan melakukan pengerasan jalan. Uangnya juga didapat dari hasil urunan. "Warga sangat antusias. Semua mau membantu," tambahnya


Lanjut Martawan, inisiatif pembangunan jalan ini berawal dari rembukan beberapa warga yang memimpikan adanya jalan menuju pekampungan akhirnya disepakati untuk urunan. 


"Alhamdulilah warga semua setuju. Pemilik tanah mau menghibahkan dan membantu biaya pembangunan jalan," ujarnya.


Saat ini jalan tersebut masih berupa tanah. Dalam waktu dekat warga akan kembali urunan untuk melakukan pengerasan jalan. "Kita akan cor di bagian tengah jalan dulu selebar satu meter. Minimal cukup untuk motor dulu," jelasnya sumringah.


Khoirun, ketua RT, dirinya sangat mengapresiasi inisiatif warga yang bergotong-royong membangun jalan. Meski begitu dirinya berjanji akan menyampaikan kepada pemerinta agar membantu pengerasan jalan. "Selanjutnya nanti saya janji akan mencari bantuan pemerintah agar jalan ini mendapatkan pengerasan," janjinya.


Dalam pembangunan jalan ini warga menghabiskan uang puluhan juta untuk menyewa alat berat. Jalan ini menghubungkan perkampungan warga dengan jalan poros (BBN)

Senin, 03 November 2014

ANAK INDIGO PALEMBANG WARISI DARAH UNGU

ilustrasi


PALEMBANG, TRIBUN- Suasana di Jalan A Yani, Plaju, Rabu (22/10), ramai oleh kendaraan melintas, pejalan kaki, dan pedagang. Tetapi pandangan seorang wanita berjilbab yang duduk di teras restoran cepat saji siang itu, enggan lama-lama ke arah keramaian. Ia lebih banyak menunduk, sesekali menoleh temannya di samping.

 “Saya lihat ada seorang istri seorang Belanda di belakang itu. Istri Mayor Williams,” ujarnya menyebut sosok mahluk gaib yang berdiri di belakang Tribun Sumsel siang itu.

DL, merupakan satu dari delapan anak yang diketahui memiliki kemampuan indigo yang tinggal di Palembang. Indigo adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan anak yang diyakini memiliki kemampuan atau sifat yang spesial, tidak biasa, dan bahkan supranatural.

Selain itu, ia juga memiliki kemampuan melihat peristiwa di masa lampau (retrocognition). Dua kemampuan yang diperoleh dan disadari satu bulan setelah dia duduk di kelas 1 SMP.
Namun, gara-gara ketidakmampuan mengendalikan kelebihan itu berujung pada hal yang menyakitkan hati wanita berparas ayu ini. Ia dicemooh teman di sekolah, dikatakan gila, dipukul, dan jilbabnya ditarik sampai lepas. Tak bisa diperbuat, ia hanya bisa menangis menerima perlakuan keji itu.

 “Saya waktu itu pernah melihat ada anak-anak mahluk itu (gaib) turun tangga, lalu meminta teman-teman minggir agar tidak ditabrak. Mereka tidak percaya, malah mengatakan bohong. Sudah katakan ke guru, tapi diminta untuk tidak lagi membicarakannya,” ujar gadis ini.

Hampir semua temannya tidak percaya lagi pasca kejadian itu. Oleh sebab itu dia mengahbiskan banyak waktu senggang di sekolah untuk mengunjungi perpustakaan. Supaya tidak diejek dan menghindari pertentangan pendapat dengan temannya.

Setamatnya dari sekolah itu, DL tidak melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya. Ia dan orangtuanya khawatir kejadian menyakitkan itu bakal terulang di sekolah yang baru.
Bahkan saat ini, pergaulan gadis setinggi 155 centimeter ini tidak sebebas seperti biasanya. Hari-harinya banyak dihabiskan di rumah, menulis novel, membaca, bermain komputer, dan nonton tv.

Rasa kesepian itu perlahan hilang sejak mengenal Rassa Shienta ZA, juga indigo yang lebih senior. Rassa, merupakan penulis novel yang berniat membimbing juniornya itu agar bisa mengoptimalkan kemampuannya untuk hal-hal berguna.

Pertemuan itu bermula dari pertemanan di jejaring sosial. Setelah melalui proses pengenalan cukup lama, keduanya semakin akrab ketika sudah berjumpa langsung. Setelah dipelajari kemampuan dan dilakukan pemetaan potensi, Rassa memastikan bakat yang dimiliki anak asuhnya itu menjadi penulis.

“Saya setelah menemukan anak, akan pelajari karakter, genetiknya, dan riwayat indigonya. Lalu petakan potensinya, tidak semua orang bisa menulis. Kalau yang satu ini saya lihat punya kemampuan menulis,” ujarnya sambil memegang pundak gadis cantik di sebelahnya.
Pemetaan potensi itu juga pernah dilakukannya untuk anak indigo yang berasal dari Prabumulih. Orangtua pemuda itu berkeinginan anaknya menjadi guru. Setelah dilakukan tes pemetaan potensi, pemuda itu diketahui berbakat di bidang musikal.

“Baru kemudian dicarikan universitas yang cocok untuknya. Kemudian disarankan di UNY prodi musik dan sekarang sudah semester 7,” ujar Rassa.

Sebagai orang yang dituakan dan memiliki kemampuan menjaga emosi, Rassa ditunjuk oleh komunitas Indigo di Indonesia untuk memberikan bimbingan pada anak-anak Indigo di Palembang dan sekitarnya.

Sampai sekarang setidaknya telah ditemukan sebanyak delapan orang indigo. Kebanyakan memang berusia muda, 15-23 tahun.

Tugas utamanya membuat anak-anak itu mampu mengendalikan emosi, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, meningkatkan kemampuan, dan membuat lingkungan anak-anak itu tidak menjauhi mereka.

“Mengungkapkan langsung ke orang lain bahwa kita adalah indigo tentu tidak akan percaya. Mereka butuh pembuktian. Saya saja, baru diketahui publik sebagai indigo setelah dua tahun terakhir. Terutama setelah novel terbit,” ungkapnya.

Wanita yang menamatkan kuliah Fakultas Ilmu Sosial Politik (Fisip) Universitas Terbuka (UT) ini merasakan adanya kemampuan indigo pada usia 4 tahun. Meski sempat mendapat penolakan dari lingkungan cukup lama, ia kini bisa menghasilkan karya yang dinikmati banyak orang.

Novel berjudul “Dimensi” yang dibuatnya bersama Triani Retno A telah dicetak sebanyak 12.000 buku pada Juli 2014. Sejumlah toko buku mengaku kehabisan stok, sehingga direncanakan pada November ini akan dicetak lagi untuk kedua kalinya.

Rassa masih ingat jelas saat-saat pertamakali memiliki kemampuan indigo. Waktu itu Rassa kecil yang sedang berkumpul bersama kelurga tiba-tiba bertanya kepada orangtuanya. Tentang siapa sosok ulama bersorban hijau yang ada di rumahnya. Suasana lantas hening. Orangtua Rassa mengelak dengan mengatakan, tidak ada siapa-siapa di rumahnya.

Perjumpaannya dengan pria besorban itu beberapa kali terulang. Namun pertanyaan yang dilontarkan tetap saja tidak digubris orangtuanya.

Kakek Rassa yang juga memiliki kemampuan indigo mulai memahami bahwa cucunya juga memiliki kemampuan yang sama. Bahwa Rassa memiliki kemampuan melihat alam lain (gaib, red). Ia dikaruniai sebagai seorang anak indigo.

"Mengapa kakek bilang begitu. Belum saatnya Rassa tahu dia indigo," ujar Rassa menirukan perkataan orangtuanya.

Setelah mengetahui bahwa ia adalah anak indigo saat masih berumur 4 tahun. Seketika kehidupannya berubah. Ia mulai mengalami berbagai kejadian aneh di hidupnya.
"Setelah 3 atau 4 kali didatangi oleh ulama bersorban hijau. Sa (Rassa) cerita ke kakek dan kakek langsung tau siapa yang Sa liat," ujarnya saat menceritakan kisahnya sebagai anak indigo.

Karena dianggap masih kecil dan takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, ayah Rassa meminta kepada kakeknya agar kemampuan Rassa ditutup terlebih dahulu.
"Tapi kakek tidak boleh. Sa cuma dirukhiyah dengan doa-doa, biar Sa tidak diganggu (gaib)," lanjutnya

Sebagai anak indigo, kemampuan Rassa melebihi anak-anak sebayanya. Ia selalu menganalisa kejadian yang dialami. Intelektualnya berada pada level yang lebih tinggi dibanding anak-anak seusianya. Hal tersebut membuat ia sulit mendapatkan teman yang cocok.

"Tidak ada teman yang cocok dengan Sa. Teman-teman bilang Sa, mikir kepanjangan, teman-teman juga suka bilang Sa aneh dan sebagainya. Sempat sedih juga digituin," ungkapnya

Rassa mengaku beruntung, ia dilahirkan di keluarga yang memiliki pemahaman tentang indigo. Perlahan-lahan diberikan pendidikan agama. Umur 5 tahun Rassa diarahkan untuk menjadi penghafal Alquran.

" Biar Sa ada kegiatan sekalipun tidak punya teman," jelasnya.

Pertama kali mencari tahu apa itu indigo dilakukan Rassa saat bermur 18 tahun. Ia tidak puas hanya mendapatkan pemahaman dari orangtua. Bukti ilmiah dilakukan oleh Rassa.
Media internet membuatnya lebih banyak mendapatkan pengertian apa itu indigo. Selain itu ia juga bertemu dengan seorang yang banyak tahu tentang indigo.

"Dari orang tersebut Sa banyak dapat info lagi tentang indigo," ujarnya
Pada 2004, Rassa divonis gagal jantung. Ia lebih sering berada di rumah sakit untuk medical chek-up. Setidaknya selama 2 tahun Rassa selalu rajin ke rumah sakit.

Melalui dokter jantung yang merawatnya, Rassa tahu jika anak indigo itu bisa dibuktikan secara ilmiah melalui tes DNA dan darah.

"Tes DNA Sa baru dilakukan tahun 2006," ungkapnya

Hasil tes DNA tersebut menunjukkan bahwa rantai DNA Rassa memiliki bilangan angka ganjil. Normalnya rantai DNA berjumlah genap. Rassa semakin yakin bahwa ia adalah anak indigo.

Selain itu hasil cek darah menunjukkan bahwa darah Rassa memiliki warna berbeda dari orang normal. Dokter melihat sel darah merah yang dimiliki Rassa tidak sepenuhnya berwarna merah.

" Saat dilihat di mikroskop warna darah Sa cenderung ungu (nila)," tambahnya.

# Sempat Menutup Diri

Menjadi seorang anak indigo membuat Rassa cukup tertekan. Ia merasakan bahwa dirinya berbeda dengan teman-temannya.

Disaat ia melihat apa yang tidak bisa dilihat orang lain dan menceritakannya kepada teman-temannya, selalu mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan.

"Misalnya Sa menceritakan bahwa ada makhluk gaib di sekitar teman-teman. Orang-orang tidak akan percaya. Ini terjadi berulang kali," ujarnya

Tidak adanya orang yang percaya membuat Rassa menarik diri dari lingkungan. Ia memilih untuk diam. Menurutnya percuma jika menceritakan hal-hal yang tidak bisa diterima orang lain.

Cukup lama Rassa tidak bersosialisasi setidaknya mulai dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga duduk di bangku kuliah semester tiga.

"Semester tiga Sa kenal dengan teman cewek penyiar radio. Nah dia lah yang bikin Sa percaya diri lagi. Dia juga yang nyemangati Sa dan memperkenalkan dengan dunia," ungkapnya

Ada satu kalimat yang dikatakan temannya tersebut yang membuat Rassa selalu ingat dan terus berusaha untuk tidak lagi menutup diri dari lingkungan.

"Tutup mata rapat-rapat dan buka pikiran seluas-seluasnya dan rasakanlah bahwa keindahan dunia itu jauh lebih luas dan indah dari pandangan mata kita yg hanya sebatas," ujarnya

Lanjutnya, setelah merenungi kalimat itu dirinya baru sadar jika selama menutup diri ia seperti katak dalam tempurung yang melihat dunia hanya sebatas pandangan mata saja.
"Padahal di luar sana dunia itu luas dan bisa menerima Sa hadir di dalamnya," jelasnya.

# Alami Kejadian Aneh

Sebagai anak indigo Rassa sangat peka terhadap hal-hal tidak kasat mata. Mengalami kejadian aneh kerap terjadi di kehidupannya.

Saat masih sekolah Rassa pernah melihat aura tempatnya bersekolah memancarkan warna merah. Dirinya mengetahui akan terjadi sesuatu yang tidak baik di sekolah tersebut.
Dirinya sadar tidak akan ada orang yang percaya jika ia menceritakan apa yang ia lihat. Meskipun begitu ia tetap bercerita dengan satu temannya.

"Hanya berselang beberapa hari terjadi kesurupan massal di sekolah," terangnya.

Tubuh anak indigo sangat peka terhadap gejala perubahan alam. Sebelum terjadi bencana alam anak-anak indigo telah terlebih dahulu merasakannya.

Begitu juga sebelum gempa besar di Aceh yang menimbulkan Tsunami. Rassa telah merasakannya terlebih dahulu. Sebelum terjadi gempa, tubuh Rassa tiba-tiba sakit. Kepalnya pusing hebat yang membuatnya dibawa ke rumah sakit.

"Puncaknya saat terjadi gempa dan tsunami saya pingsan. Setelah diperiksa tidak ada gejala penyakit yang dialami. Dokter bingung," ungkapnya.

Ketika bencana gempa dan tsunami di Aceh selesai, tubuh Rassa kembali pulih. Bahkan lebih sehat dari sebelumnya. Dokterpun bertanya kepada Rassa tentang apa yang ia alami.
Kebiasaan Rassa yang tidak bisa mengungkapkan apa yang ia alami membuat orangtuanya selalu memberikan buku dan pena untuk Rassa menuliskannya.

Dalam tulisannya Rassa menceritakan bahwa tubuhnya seperti ditarik-tarik oleh medan magnet yang kuat.

"Saya diberi buku dan pena untuk menuliskan apa yang saya alami. Arahnya pas dengan pusat gempa di Aceh," ungkapnya. (wan/bbn)

Selasa, 30 September 2014

Musim Kemarau, Harimau Turun Gunung Dempo

 Musim Kemarau, Harimau Turun Gunung Dempo





PAGARALAM, TRIBUN - Kemarau panjang memaksa hewan liar turun Gunung Dempo di Pagaralam. Harimau, beruang, rusa, dan kijang mencari sumber air dekat permukiman penduduk.

Suryanto, warga Desa Mekarjaya, mengaku tak berkutik dan hanya bisa berdiam diri selama setengah jam memeluk erat pohon. Ketika itu sedang mencari kayu di atas pohon, secara tidak sengaja melihat harimau keluar dari semak belukar. "Setengah jam hanya diam di atas pohon," ujarnya.

Raja hutan yang ia lihat berukuran sebesar seperti anak sapi berbuntut panjang. Lehernya ditumbuhi banyak bulu. Dia memperkirakan harimau tersebut sudah berumur puluhan tahun. Dari atas pohon yang ia panjat, Suryanto saat itu bersama temannya, melihat harimau itu sedang menyeret seekor babi hutan. Tidak ada gerakan yang dilakukan oleh Suryanto. Ia takut harimau tersebut mengetahui keberadaannya. Dia merasa harimau itu mengincarnya juga. "Merinding sekali saat itu," lanjutnya.

Pohon yang dipanjat oleh Suryanto tersebut ternyata berada tepat di jalur yang biasa dilalui oleh harimau. Hal tersebut baru ia sadari setelah menemukan banyak bekas tapak harimau di sepanjang jalan di sana.

Setelah kejadian tersebut Suryanto sempat selama dua minggu lamanya tidak berani mencari kayu bakar. Ia merasa trauma. Bertemu harimau secara langsung merupakan kali pertama bagi Suryanto sejak tahun 1974 tinggal di kaki Gunung Dempo.

Bersama Suryanto, Tribun Sumsel diajak untuk melihat lokasi pertemuannya dengan harimau tersebut. Tempatnya berada di atas bukit Desa Mekarjaya. Butuh waktu selama satu jam untuk mencapai lokasi yang dipenuhi tumbuhan berduri.

Jalur yang dilewati merupakan jalur yang biasa dilalui oleh harimau. Suryanto menyebutnya jalur kuda jaman Belanda, karena sebelumnya memang dipakai oleh mandor-mandor Belanda untuk mengawasi kebun teh milik mereka.

Banyak batang teh setinggi lebih dari 30 meter yang berada di lokasi tersebut. Jalur itu tepat berada di pinggir jurang yang kedalamannya hingga 65 meter. Di jalur kuda jaman Belanda tersebut ada tempat peristirahatan harimau yang bentuknya seperti goa. Di tempat peristirahatan itulah Suryanto menunjukkan jejak bekas kaki harimau yang ukurannya seperti telapak tangan orang dewasa.

"Ini harimaunya belum terlalu besar," ungkapnya.

Selama melintasi jalur harimau tersebut kurang lebih 3,5 jam, tak ditemui sumber mata air di tempat tersebut. Sungai mengering. Bahkan air terjun yang ada di tempat itu tak lagi mengalir. (bbn/and)

# Tabur Garam

Kemarau panjang memaksa hewan liar turun Gunung Dempo di Pagaralam. Selain harimau, beruang, rusa, dan kijang, orangutan pun turut mencari sumber air dekat permukiman penduduk.

Suryanto, warga Desa Mekarjaya, mengaku pernah melihat seekor orang utan yang lebih mirip seperti gorila. Binatang tersebut berjalan seperti manusia dengan ukuran orang dewasa. "Itu (orang utan) saya ketemu setelah hujan reda. Tidak sempat sampai bertatapan muka," ungkap mantan ketua RT ini.

Rasa takut jika bertemu kembali dengan binatang-binatang tersebut masih sering merasuki pikiran Suryanto. Dia selalu menaburkan garam jika hendak bekerja di lokasi dekat hutan. Tugasnya sebagai mandor di PTPN VII membuatnya sering keluar-masuk hutan.

"Kami mengasih tanda bahwa ada manusia. Harimau itu tidak akan bisa makan selama 40 hari jika bertemu manusia. Jika kebetulan bertemu tandanya sama-sama apes (sial)," ungkapnya.
Bila beberapa jenis hewan yang turun gunung tidak sampai menyerang warga, ada pula juga yang menyerang warga. Beruang, misalnya, hewan tinggi besar ini sering menyerang warga yang sedang berkebun.

Informasi yang didapat dari beberapa warga menyebutkan, dari serangan hewan buas itu, terdapat warga yang mengalami luka-luka di sekujur tubuh. Misalnya pada pertengahan tahun 2012 lalu. Warga Muara Siban kecamatan Dempo Utara diamuk beruang. Ia mengalami luka-luka di tubuhnya.
Penyerangan itu terjadi ketika warga tersebut tengah berada di kebun miliknya. Menurut informasi warga, kejadian itupun merupakan keempat kalinya warga mendapat serangan binatang buas khususnya beruang sejak tahun 2009.

"Kalau beruang memang sering terdengar menyerang warga. Bahkan ada yang mengalami luka-luka," kata Arpi, petani setempat. (bbn/and)

Sabtu, 30 Agustus 2014

Menempa Diri di Puncak Tertinggi

Berlibur Sambil Menempa Diri
Wabup Muba, Beni Hernedi saat berada di titik awal pendakian Gunung Dempo, Pagaralam.

# Menikmati Ketinggian Gunung Dempo

PALEMBANG, TRIBUN- Liburan identik dengan menghabiskan uang dan waktu hanya demi menghilangkan penat setelah lama bekerja. Karena itu tempat-tempat liburan seperti pantai menjadi pilihan banyak orang saat berlibur.

Pernahkah anda membayangkan saat liburan namun tetap mendapatkan pelajaran dan pengalaman berharga bagi kehidupan serta mampu membangkitkan semangat saat kembali bekerja.

Wakil Bupati (Wabup) Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) Beni Hernedi memilih berlibur dengan cara mendaki puncak gunung. Baru-baru ini Beni bersama timnya berhasil mencapai puncak tertinggi Gunung Dempo, Pagaralam, Sumatera Selatan (Sumsel).

" Mendaki gunung itu kan tak ubahnya sebuah kerjasama tim. Dimana, berangkat dan naiknya sama-sama,” tuturnya kapada Tribun Sumsel, Rabu (20/9).

Wabup Muba, Beni Hernedi saat berada di pelataran Gunung Dempo,
Pagaralam.
Perjalanan ke Gunung Dempo ditempuh melalui jalur darat Palembang-Pagaralam yang memakan waktu hingga 8 jam perjalanan menggunakan bus ataupun mobil travel dengan biaya Rp 50-100 ribu perorang. Jika menggunakan bus sore biasanya penumpang akan diantarkan hingga ke rumah juru kunci Gunung Dempo.
Untuk penginapan ada beberapa alternatif seperti di Villa kebun teh ataupun hotel. Jika ingin menjadi backpaker cobalah untuk menginap di kaki Gunung Dempo atau di Kampung 4 yang berada tepat beberapa meter di kaki Gunung Dempo. Perjalanan untuk mencapai puncak Gunung Dempo dapat ditempuh melalui jalur umum pendakian. Waktu yang ditempuh mencapai 8-10 jam dengan jalur yang menanjak dan basah.

" Bagi seorang pendaki sejati gunung bukan untuk ditaklukkan, namun untuk dinikmati dan diajak bersahabat,''ujarnya
Menurutnya banyak pelajaran yang didapat dari mendaki gunung. Dari dunia pendakian inilah dapat mengenal makna kebersamaan, kekompakan, hingga cara mengambil keputusan dalam keadaan darurat sekalipun.

" Mendaki gunung itu bagaimana caranya bersama-sama mencapai puncak bukan menunggu sendirian di puncak," tambahnya.

Beni juga menceritakan, berlibur ke Gunung Dempo dan mendaki puncaknya tidak akan membuat seseorang menyesal. Pesona Gunung Dempo tidak kalah dengan gunung-gunung yang ada di luar Sumatera. Hamparan kebun teh yang luas dan hijau menjadi pesona tersendiri. Ketika mulai mendaki puncak para pendaki akan disuguhi pemandangan hutan tropis, batu-batu cadas, telaga putri, hingga tebing alami.

Wabup Muba, Beni Hernedi saat berada di Gunung Dempo, Pagaralam.
Saat berada di puncak ada pelataran luas berbatu yang biasa digunakan pendaki untuk mendirikan tenda. " Gunung Dempo itu memiliki 2 puncak. Puncak Dempo dan Puncak Merapi. Puncak Merapi ini memiliki kawah yang warnanya berubah-ubah. Hijau, biru, dan abu-abu," ceritanya.

Ia juga mengimbau, berlibur dengan cara mendaki gunung itu tidak sama dengan berlibur ke tempat-tempat mewah. Berlibur ke gunung tidak diperlukan membawa uang banyak. Toh tidak ada mall atau restoran mewah di sana. Hanya diperlukan kecerdasan dalam memanajemen waktu agar logistik yang dibawa (bahan makanan) mencukupi hingga saat waktunya pulang.

# Tempat-Tempat Eksotis di Gunung Dempo

- Kebun Teh Pagaralam
- Air Tejun Janang
- Hutan Tropis Gunung Dempo
- Bebatuan Cadas Gunung Dempo
- Telaga Putri di pelataran Merapi
- Kawah Gunung Merapi Dempo

*Telah dipublikasikan di Tribun Sumsel*

Lesbi Palembang Rebutan Pacar

Berkelahi Rebutan Pacar Lesbi

# Komunitas Lesbi Incar Anak Sekolah

PALEMBANG, TRIBUN - Malam belum terlalu larut. Jam masih menunjukan pukul 20.00. Ratusan orang masih tampak asik menyaksikan dancer yang beradu tangkas di atas panggung. Kebetulan pada pertengahan bulan kemarin ada pertunjukan dance yang digelar produsen minuman berenergi di pelataran Benteng Kuto Besak (BKB).

Disaat semua mata orang tertuju pada acara tersebut. Ada sekelompok remaja memilih pelataran Museum SMB II, berjarak 100 meter dari BKB sebagai tempat berkumpul.
Sekitar dua puluh orang remaja tersebut lantas duduk di atas pot bunga berbentuk lingkaran yang ada di pelataran museum.

Sekilas remaja tersebut merupakan pasangan muda-mudi yang sedang ingin memadu kasih. Namun setelah diamati lebih teliti, tidak ada laki-laki dalam kelompok remaja tersebut. Orang yang berpenampilan laiknya lelaki itu ternyata juga seorang wanita.
kelompok itulah yang menasbihkan diri mereka sebagai komunitas lesbi. Komunitas penyuka sesama jenis.

Pantauan Tribun Sumsel, tidak banyak yang mereka lakukan. Hanya nongkrong, ngobrol, bercanda, sambil sesekali merokok.

Beberapa orang duduk secara berkelompok namun ada juga yang duduk berpasang-pasangan sedikit menjauh. Pasangan sesama lesbi tentunya.
Saat Tribun Sumsel mencoba mendekati komunitas tersebut dan mengamati dari dekat prilaku komunitas lesbi ini ternyata mereka masih berusia belia sekitar 15-18 tahun. Remaja yang ditaksir masih sekolah di SMP dan SMA.

"Cuma duduk-duduk saja. Menikmati suasana malam minggu," ujar Mi membuka obrolan ke Tribun Sumsel.

Malam itu Mi berpenampilan laiknya laki-laki dengan menggunakan kemeja dan celana jins di atas lutut. Untuk mempertegas citra laki-lakinya, Mi memotong pendek rambutnya dan menggunakan anting cowok. Bahkan ia tak sungkan untuk menghisap rokok.

Di kalangan lesbian, perempuan yang berbadan cukup tambun ini, berprilaku sebagai butchy atau bertindak sebagai laki-laki.

Sementara pasangannya disebut femme atau female. Femme ini biasanya berpenampilan seperti gadis pada umumnya bahkan cenderung lebih feminim dan seksi.

"Mereka yang kumpul ini biasanya pasang-pasangan. Cuma kumpul saja. Ada juga untuk mencari pasangan," katanya.

Istilah butchy dan femme digunakan untuk membedakan perilaku dari kaum lesbian. Selain itu ada juga istilah andro.

andro istilah yang digunakan untuk menunjukkan pembagian peran yang sama dalam karakter maskulin dan feminin pada saat yang bersamaan.

Seorang andro dalam arti identitas gender, adalah orang yang tidak dapat sepenuhnya cocok dengan peranan gender maskulin dan feminim.

Belum sempat bertanya secara mendalam, tiba-tiba kelompok mereka secara bersamaan menuju ke jalan di samping Museum SMB II. Hanya berselang beberapa menit terjadi perkelahian antara butchy. Mereka saling menendang dan menarik baju.

Perkelahian tersebut berakhir setelah ada seorang penjaga museum yang memarahi mereka. Namun beberapa butchy balik membentak penjaga tersebut.

Ternyata perkelahian tersebut dilandasi rasa cemburu antara butchy yang sama-sama mencintai satu femme.

# Mencari Pasangan di Sekolah

Tidak terlalu sulit menemui kelompok yang mereka sebut komunitas tomboy. Selain di BKB, biasanya remaja ini berkumpul tiap akhir pekan di Taman Simpang Polda. Polda rekrutmen komunitas ini dengan memanfaatkan jaringan mereka di sekolah-sekolah. Setiap anak yang memiliki masalah akan didekati, menjadi teman curhat, diajak berkumpul, hingga akhirnya memadu asmara.

Berawal dari pertemanan-nya di sekolah. Wi kini terjerumus dalam pergaulan yang salah.
Wanita yang kini bekerja di toko sebagai pramuniaga merupakan satu dari sekian banyak wanita yang mempunyai prilaku seks menyimpang. Wi merupakan pasangan lesbi dari temannya sendiri.

Ditemui Tribun Sumsel beberapa waktu lalu, Wi yang berkulit putih ini menceritakan bagaimana awalnya ia bisa masuk dalam pergaulan yang salah tersebut.
Dua tahun lalu. Tepatnya tahun 2012 saat Wi masih berseragam SMA dirinya berkenalan dengan Hen. Teman satu sekolahnya.

Hen merupakan sosok wanita yang terkenal cantik di sekolahnya. Banyak pria yang mencoba mendekati namun tidak ada satupun yeng bisa menjadi pacar Hen.
Melalui proses pertemanan yang terjalin cukup lama antara Wi dan Hen membuat keduanya sudah seperti sahabat. Hingga suatu malam Hen mengajak Wi untuk jalan-jalan di Benteng Kuto Besak (BKB).

" Ternyata di BKB itu sudah berkumpul teman-temannya Hen. Semuanya perempuan. Ada yang tomboy. Ada yang feminim," jelasnya.

Dalam komunitas tersebut ternyata Wi ditaksir oleh seorang butchy, temannya Hen. Melalui perkenalan yang intensif akhirnya Wi juga masuk ke dalam lingkungan lesbi tersebut.

"Awalnya hanya berteman saja. Lama-lama butchy itu mengatakan suka sama saya. Saat itu saya masih bingung karena kami sama-sama wanita tidak mungkin berpacaran. Kemudian Hen yang menjelaskan kepada saya apa itu lesbi. Semuanya serba tiba-tiba," ungkapnya.

Dengan alasan privasi, Wi tidak mau menceritakan semua kehidupannya di lingkungan lesbi tersebut. Ia merasa hal tersebut adalah aib dan kesalahannya.
Wi mengaku bahwa dirinya adalah alumni sekolah SMA swasta yang ada di Plaju. Dalam sekolahnya itu ada tiga orang yang lesbi.

Gerak-gerik mereka di sekolah sempat terbaca oleh guru dan siswa lainnya. Bahkan ada seorang butchy yang dipanggil oleh kepala sekolah gara-gara pasangan lesbi tersebut tepergok sedang bermesraan di kamar mandi sekolah.

"Tidak diberhentikan. Disuruh buat perjanjian untuk tidak lagi menjadi lesbi. Mendapat nasihat dan ceramah agama," terangnya.

Selain di sekolahnya, Wi mengaku bahwa di sekolah lain juga ada pasangan lesbi lainnya. Ini diketahuinya saat berkumpul sesama komunitas. Menurutnya dalam satu sekolah itu bisa ada dua orang siswa yang lesbi.

Psikolog Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Sumsel, Syarkoni pada tahun kemarin menerima klien yakni dua pelajar SMA yang terjerumus ke komunitas itu. Awalnya orangtua dua klien itu mengira, persoalan yang dihadapi anaknya hanya masalah suka bolos sekolah.

Pelajar itu selalu pergi pagi menggunakan seragam sekolah, lalu sering pulang malam. Orangtua pelajar itu baru mengetahui kenakalan anaknya setelah mendapatkan surat pemberitahuan sekolah. Sudah beberapa bulan tidak masuk dan sekolah tidak pernah mendapat keterangan perihal bolosnya pelajar itu.

“Anak itu ngaku ke orangtua selalu sekolah, ternyata bolos. Setelah dilihat ke belakang, ada pola asuh yang salah. Anak itu ternyata berkumpul di komunitas tomboy itu,” ujar Syarkoni.
Orangtua yang mengetahui kenyataan itu langsung marah. Tetapi si anak tetap tak berubah. Banyak nasihat yang diberikan ke anak juga tak mempan untuk menangkis pengaruh dari komunitas itu.

Oleh sebab itu, pelajar itu diajak menemui psikolog. Kepada Syarkoni, pelajar itu sebut saja Dina mengakui, awal masuk komunitas itu melalui ajakan teman satu sekolah yang sudah lama bergabung. Sebagai permulaan, Dina hanya diajak kumpul-kumpul dan ngobrol. Tidak ada iming-iming dan intervensi dari komunitas itu.

Biasanya mereka kumpul di BKB dan Taman Simpang Polda. Setelah beberapa bulan, mulai terjalin interaksi kebersamaan yang kuat. Pada suatu kesempatan, Dina diajak mengunjungi rumah seorang anggota komunitas. Sampai di sana, ia malah disajikan tontonan video porno.

“Awalnya klien (Dina-red) tidak tahu menahu tentang komunitas itu. Sebagai remaja beranjak dewasa, hasrat seksualnya tentu muncul. Awalnya memang risih, setelah dibujuk dan diraju akhirnya takluk juga. Sejak saat itu sudah terjalin hubungan sesama jenis diantara anggota komunitas,” jelas Syarkoni.

Psikolog yang sehari-hari bertugas di Rumah Sakit Ernaldi Bahar ini mendapat penjelasan, Dina tidak pernah memiliki pengalaman disakiti laki-laki. Alasan utamanya bergabung ke komunitas itu karena selama ini tidak banyak mendapatkan kasih sayang dan perhatian. Kedua orangtuanya sibuk bekerja dan tidak jarang pulang malam.

Dina selama ini merasa sendiri dan tidak betah lama-lama tinggal di rumah. Akhirnya mau saja menerima ajakan teman yang menawarkan kenyamanan dan memberikan perhatian.
Dina mengaku, kelompok mereka dinamai komunitas tomboy. Jumlah anggotanya hanya 6-8 orang. Tetapi dia tidak tahu, apakah ada komunitas sejenis lainnya dengan anggota jumlah anggota lebih besar di Palembang.

“Anak itu hanya sebagai anggota. Mereka tidak ada ketua, hanya anak-anak sekolahan. Mungkin saja ada semacam ketua besar yang menularkan prilaku itu. Pengalaman si anak belum sampai ke sana. Hanya sebagai anggota dan terlibat hubungan sesama jenis,” ujar Syarkoni.

Menurut dosen di Istitut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah ini, butuh waktu lama untuk mengembalikan anak itu ke prilaku normal. Bagaimana cara penangannny, harus diketahui apa penyebabnya. Apabila ada pengaruh hormon laki-laki yang lebih dominan dibandingkan hormon perempuan maka penangannya secara medis.

Jika disebabkan faktor pola asuh, maka perlu diperbaiki cara mendidik anak di rumah. Ada fase perkembangan yang harus dilalui seseorang mulai dari anak-anak sampai meranjak dewasa. Misalnya fase oral (mengulum tangan) yang harus dialami semua orang. Apabila ada kebutuhan tidak terpenuhi maksimal, kelak berpengaruah pada pola perkembangan prilakunya saat dewasa.

“Kita harus tahu dulu apa sebab si anak memiliki prilaku menyimpang. Kalau dua anak yang menjadi klien saya itu disebabkan pola asuh yang salah. Seharunya ini menjadi perhatian, terutama bagi orangtua, pendidik, dan tenaga profesional, agar permasalah ini ke depan jangan meluas,” ucapnya.

Anak-anak di usia sekolah sangat rentan terjerumus ke prilaku menyimpang. Pada kelompok ini, mulai muncul tanda-tanda jenis kelamin.  Berbarengan dengan itu hasrat seksual dan rasa ingin tahu juga datang sangat kuat. Apabila tidak dibekali edukasi dan kontrol pola asuh dari rumah, seorang anak bakal memiliki prilaku menyimpang.

“Dua anak perempuan yang menjadi klien saya itu dari keluarga berekonomi cukup. Memang orangtua sibuk, waktu pulang ke rumah sudah capek sehingga langsung tidur. Jadi perhatian pada anak terlupakan,” ungkap Syarkoni. (wan/bbbn)