Selasa, 30 September 2014

Musim Kemarau, Harimau Turun Gunung Dempo

 Musim Kemarau, Harimau Turun Gunung Dempo





PAGARALAM, TRIBUN - Kemarau panjang memaksa hewan liar turun Gunung Dempo di Pagaralam. Harimau, beruang, rusa, dan kijang mencari sumber air dekat permukiman penduduk.

Suryanto, warga Desa Mekarjaya, mengaku tak berkutik dan hanya bisa berdiam diri selama setengah jam memeluk erat pohon. Ketika itu sedang mencari kayu di atas pohon, secara tidak sengaja melihat harimau keluar dari semak belukar. "Setengah jam hanya diam di atas pohon," ujarnya.

Raja hutan yang ia lihat berukuran sebesar seperti anak sapi berbuntut panjang. Lehernya ditumbuhi banyak bulu. Dia memperkirakan harimau tersebut sudah berumur puluhan tahun. Dari atas pohon yang ia panjat, Suryanto saat itu bersama temannya, melihat harimau itu sedang menyeret seekor babi hutan. Tidak ada gerakan yang dilakukan oleh Suryanto. Ia takut harimau tersebut mengetahui keberadaannya. Dia merasa harimau itu mengincarnya juga. "Merinding sekali saat itu," lanjutnya.

Pohon yang dipanjat oleh Suryanto tersebut ternyata berada tepat di jalur yang biasa dilalui oleh harimau. Hal tersebut baru ia sadari setelah menemukan banyak bekas tapak harimau di sepanjang jalan di sana.

Setelah kejadian tersebut Suryanto sempat selama dua minggu lamanya tidak berani mencari kayu bakar. Ia merasa trauma. Bertemu harimau secara langsung merupakan kali pertama bagi Suryanto sejak tahun 1974 tinggal di kaki Gunung Dempo.

Bersama Suryanto, Tribun Sumsel diajak untuk melihat lokasi pertemuannya dengan harimau tersebut. Tempatnya berada di atas bukit Desa Mekarjaya. Butuh waktu selama satu jam untuk mencapai lokasi yang dipenuhi tumbuhan berduri.

Jalur yang dilewati merupakan jalur yang biasa dilalui oleh harimau. Suryanto menyebutnya jalur kuda jaman Belanda, karena sebelumnya memang dipakai oleh mandor-mandor Belanda untuk mengawasi kebun teh milik mereka.

Banyak batang teh setinggi lebih dari 30 meter yang berada di lokasi tersebut. Jalur itu tepat berada di pinggir jurang yang kedalamannya hingga 65 meter. Di jalur kuda jaman Belanda tersebut ada tempat peristirahatan harimau yang bentuknya seperti goa. Di tempat peristirahatan itulah Suryanto menunjukkan jejak bekas kaki harimau yang ukurannya seperti telapak tangan orang dewasa.

"Ini harimaunya belum terlalu besar," ungkapnya.

Selama melintasi jalur harimau tersebut kurang lebih 3,5 jam, tak ditemui sumber mata air di tempat tersebut. Sungai mengering. Bahkan air terjun yang ada di tempat itu tak lagi mengalir. (bbn/and)

# Tabur Garam

Kemarau panjang memaksa hewan liar turun Gunung Dempo di Pagaralam. Selain harimau, beruang, rusa, dan kijang, orangutan pun turut mencari sumber air dekat permukiman penduduk.

Suryanto, warga Desa Mekarjaya, mengaku pernah melihat seekor orang utan yang lebih mirip seperti gorila. Binatang tersebut berjalan seperti manusia dengan ukuran orang dewasa. "Itu (orang utan) saya ketemu setelah hujan reda. Tidak sempat sampai bertatapan muka," ungkap mantan ketua RT ini.

Rasa takut jika bertemu kembali dengan binatang-binatang tersebut masih sering merasuki pikiran Suryanto. Dia selalu menaburkan garam jika hendak bekerja di lokasi dekat hutan. Tugasnya sebagai mandor di PTPN VII membuatnya sering keluar-masuk hutan.

"Kami mengasih tanda bahwa ada manusia. Harimau itu tidak akan bisa makan selama 40 hari jika bertemu manusia. Jika kebetulan bertemu tandanya sama-sama apes (sial)," ungkapnya.
Bila beberapa jenis hewan yang turun gunung tidak sampai menyerang warga, ada pula juga yang menyerang warga. Beruang, misalnya, hewan tinggi besar ini sering menyerang warga yang sedang berkebun.

Informasi yang didapat dari beberapa warga menyebutkan, dari serangan hewan buas itu, terdapat warga yang mengalami luka-luka di sekujur tubuh. Misalnya pada pertengahan tahun 2012 lalu. Warga Muara Siban kecamatan Dempo Utara diamuk beruang. Ia mengalami luka-luka di tubuhnya.
Penyerangan itu terjadi ketika warga tersebut tengah berada di kebun miliknya. Menurut informasi warga, kejadian itupun merupakan keempat kalinya warga mendapat serangan binatang buas khususnya beruang sejak tahun 2009.

"Kalau beruang memang sering terdengar menyerang warga. Bahkan ada yang mengalami luka-luka," kata Arpi, petani setempat. (bbn/and)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar