Musim Kemarau, Harimau Turun Gunung Dempo
PAGARALAM, TRIBUN - Kemarau panjang memaksa hewan liar turun Gunung Dempo di Pagaralam. Harimau, beruang, rusa, dan kijang mencari sumber air dekat permukiman penduduk.
Suryanto, warga Desa Mekarjaya, mengaku tak berkutik dan hanya bisa
berdiam diri selama setengah jam memeluk erat pohon. Ketika itu sedang
mencari kayu di atas pohon, secara tidak sengaja melihat harimau keluar
dari semak belukar. "Setengah jam hanya diam di atas pohon," ujarnya.
Raja hutan yang ia lihat berukuran sebesar seperti anak sapi
berbuntut panjang. Lehernya ditumbuhi banyak bulu. Dia memperkirakan
harimau tersebut sudah berumur puluhan tahun. Dari atas pohon yang ia panjat, Suryanto saat itu bersama temannya,
melihat harimau itu sedang menyeret seekor babi hutan. Tidak ada gerakan
yang dilakukan oleh Suryanto. Ia takut harimau tersebut mengetahui
keberadaannya. Dia merasa harimau itu mengincarnya juga. "Merinding
sekali saat itu," lanjutnya.
Pohon yang dipanjat oleh Suryanto tersebut ternyata berada tepat di
jalur yang biasa dilalui oleh harimau. Hal tersebut baru ia sadari
setelah menemukan banyak bekas tapak harimau di sepanjang jalan di sana.
Setelah kejadian tersebut Suryanto sempat selama dua minggu lamanya
tidak berani mencari kayu bakar. Ia merasa trauma. Bertemu harimau
secara langsung merupakan kali pertama bagi Suryanto sejak tahun 1974
tinggal di kaki Gunung Dempo.
Bersama Suryanto, Tribun Sumsel diajak untuk melihat lokasi
pertemuannya dengan harimau tersebut. Tempatnya berada di atas bukit
Desa Mekarjaya. Butuh waktu selama satu jam untuk mencapai lokasi yang
dipenuhi tumbuhan berduri.
Jalur yang dilewati merupakan jalur yang biasa dilalui oleh harimau.
Suryanto menyebutnya jalur kuda jaman Belanda, karena sebelumnya memang
dipakai oleh mandor-mandor Belanda untuk mengawasi kebun teh milik
mereka.
Banyak batang teh setinggi lebih dari 30 meter yang berada di lokasi
tersebut. Jalur itu tepat berada di pinggir jurang yang kedalamannya
hingga 65 meter. Di jalur kuda jaman Belanda tersebut ada tempat peristirahatan
harimau yang bentuknya seperti goa. Di tempat peristirahatan itulah
Suryanto menunjukkan jejak bekas kaki harimau yang ukurannya seperti
telapak tangan orang dewasa.
"Ini harimaunya belum terlalu besar," ungkapnya.
Selama melintasi jalur harimau tersebut kurang lebih 3,5 jam, tak
ditemui sumber mata air di tempat tersebut. Sungai mengering. Bahkan air
terjun yang ada di tempat itu tak lagi mengalir. (bbn/and)
# Tabur Garam
Kemarau panjang memaksa hewan liar turun Gunung Dempo di Pagaralam. Selain harimau, beruang, rusa, dan kijang, orangutan pun turut mencari sumber air dekat permukiman penduduk.
Suryanto, warga Desa Mekarjaya, mengaku pernah melihat seekor orang
utan yang lebih mirip seperti gorila. Binatang tersebut berjalan seperti
manusia dengan ukuran orang dewasa. "Itu (orang utan) saya ketemu
setelah hujan reda. Tidak sempat sampai bertatapan muka," ungkap mantan
ketua RT ini.
Rasa takut jika bertemu kembali dengan binatang-binatang tersebut
masih sering merasuki pikiran Suryanto. Dia selalu menaburkan garam jika
hendak bekerja di lokasi dekat hutan. Tugasnya sebagai mandor di PTPN
VII membuatnya sering keluar-masuk hutan.
"Kami mengasih tanda bahwa ada manusia. Harimau itu tidak akan bisa
makan selama 40 hari jika bertemu manusia. Jika kebetulan bertemu
tandanya sama-sama apes (sial)," ungkapnya.
Bila beberapa jenis hewan yang turun gunung tidak sampai menyerang
warga, ada pula juga yang menyerang warga. Beruang, misalnya, hewan
tinggi besar ini sering menyerang warga yang sedang berkebun.
Informasi yang didapat dari beberapa warga menyebutkan, dari serangan
hewan buas itu, terdapat warga yang mengalami luka-luka di sekujur
tubuh. Misalnya pada pertengahan tahun 2012 lalu. Warga Muara Siban
kecamatan Dempo Utara diamuk beruang. Ia mengalami luka-luka di
tubuhnya.
Penyerangan itu terjadi ketika warga tersebut tengah berada di kebun
miliknya. Menurut informasi warga, kejadian itupun merupakan keempat
kalinya warga mendapat serangan binatang buas khususnya beruang sejak
tahun 2009.
"Kalau beruang memang sering terdengar menyerang warga. Bahkan ada yang mengalami luka-luka," kata Arpi, petani setempat. (bbn/and)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar