Sabtu, 30 Agustus 2014

Menempa Diri di Puncak Tertinggi

Berlibur Sambil Menempa Diri
Wabup Muba, Beni Hernedi saat berada di titik awal pendakian Gunung Dempo, Pagaralam.

# Menikmati Ketinggian Gunung Dempo

PALEMBANG, TRIBUN- Liburan identik dengan menghabiskan uang dan waktu hanya demi menghilangkan penat setelah lama bekerja. Karena itu tempat-tempat liburan seperti pantai menjadi pilihan banyak orang saat berlibur.

Pernahkah anda membayangkan saat liburan namun tetap mendapatkan pelajaran dan pengalaman berharga bagi kehidupan serta mampu membangkitkan semangat saat kembali bekerja.

Wakil Bupati (Wabup) Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) Beni Hernedi memilih berlibur dengan cara mendaki puncak gunung. Baru-baru ini Beni bersama timnya berhasil mencapai puncak tertinggi Gunung Dempo, Pagaralam, Sumatera Selatan (Sumsel).

" Mendaki gunung itu kan tak ubahnya sebuah kerjasama tim. Dimana, berangkat dan naiknya sama-sama,” tuturnya kapada Tribun Sumsel, Rabu (20/9).

Wabup Muba, Beni Hernedi saat berada di pelataran Gunung Dempo,
Pagaralam.
Perjalanan ke Gunung Dempo ditempuh melalui jalur darat Palembang-Pagaralam yang memakan waktu hingga 8 jam perjalanan menggunakan bus ataupun mobil travel dengan biaya Rp 50-100 ribu perorang. Jika menggunakan bus sore biasanya penumpang akan diantarkan hingga ke rumah juru kunci Gunung Dempo.
Untuk penginapan ada beberapa alternatif seperti di Villa kebun teh ataupun hotel. Jika ingin menjadi backpaker cobalah untuk menginap di kaki Gunung Dempo atau di Kampung 4 yang berada tepat beberapa meter di kaki Gunung Dempo. Perjalanan untuk mencapai puncak Gunung Dempo dapat ditempuh melalui jalur umum pendakian. Waktu yang ditempuh mencapai 8-10 jam dengan jalur yang menanjak dan basah.

" Bagi seorang pendaki sejati gunung bukan untuk ditaklukkan, namun untuk dinikmati dan diajak bersahabat,''ujarnya
Menurutnya banyak pelajaran yang didapat dari mendaki gunung. Dari dunia pendakian inilah dapat mengenal makna kebersamaan, kekompakan, hingga cara mengambil keputusan dalam keadaan darurat sekalipun.

" Mendaki gunung itu bagaimana caranya bersama-sama mencapai puncak bukan menunggu sendirian di puncak," tambahnya.

Beni juga menceritakan, berlibur ke Gunung Dempo dan mendaki puncaknya tidak akan membuat seseorang menyesal. Pesona Gunung Dempo tidak kalah dengan gunung-gunung yang ada di luar Sumatera. Hamparan kebun teh yang luas dan hijau menjadi pesona tersendiri. Ketika mulai mendaki puncak para pendaki akan disuguhi pemandangan hutan tropis, batu-batu cadas, telaga putri, hingga tebing alami.

Wabup Muba, Beni Hernedi saat berada di Gunung Dempo, Pagaralam.
Saat berada di puncak ada pelataran luas berbatu yang biasa digunakan pendaki untuk mendirikan tenda. " Gunung Dempo itu memiliki 2 puncak. Puncak Dempo dan Puncak Merapi. Puncak Merapi ini memiliki kawah yang warnanya berubah-ubah. Hijau, biru, dan abu-abu," ceritanya.

Ia juga mengimbau, berlibur dengan cara mendaki gunung itu tidak sama dengan berlibur ke tempat-tempat mewah. Berlibur ke gunung tidak diperlukan membawa uang banyak. Toh tidak ada mall atau restoran mewah di sana. Hanya diperlukan kecerdasan dalam memanajemen waktu agar logistik yang dibawa (bahan makanan) mencukupi hingga saat waktunya pulang.

# Tempat-Tempat Eksotis di Gunung Dempo

- Kebun Teh Pagaralam
- Air Tejun Janang
- Hutan Tropis Gunung Dempo
- Bebatuan Cadas Gunung Dempo
- Telaga Putri di pelataran Merapi
- Kawah Gunung Merapi Dempo

*Telah dipublikasikan di Tribun Sumsel*

Lesbi Palembang Rebutan Pacar

Berkelahi Rebutan Pacar Lesbi

# Komunitas Lesbi Incar Anak Sekolah

PALEMBANG, TRIBUN - Malam belum terlalu larut. Jam masih menunjukan pukul 20.00. Ratusan orang masih tampak asik menyaksikan dancer yang beradu tangkas di atas panggung. Kebetulan pada pertengahan bulan kemarin ada pertunjukan dance yang digelar produsen minuman berenergi di pelataran Benteng Kuto Besak (BKB).

Disaat semua mata orang tertuju pada acara tersebut. Ada sekelompok remaja memilih pelataran Museum SMB II, berjarak 100 meter dari BKB sebagai tempat berkumpul.
Sekitar dua puluh orang remaja tersebut lantas duduk di atas pot bunga berbentuk lingkaran yang ada di pelataran museum.

Sekilas remaja tersebut merupakan pasangan muda-mudi yang sedang ingin memadu kasih. Namun setelah diamati lebih teliti, tidak ada laki-laki dalam kelompok remaja tersebut. Orang yang berpenampilan laiknya lelaki itu ternyata juga seorang wanita.
kelompok itulah yang menasbihkan diri mereka sebagai komunitas lesbi. Komunitas penyuka sesama jenis.

Pantauan Tribun Sumsel, tidak banyak yang mereka lakukan. Hanya nongkrong, ngobrol, bercanda, sambil sesekali merokok.

Beberapa orang duduk secara berkelompok namun ada juga yang duduk berpasang-pasangan sedikit menjauh. Pasangan sesama lesbi tentunya.
Saat Tribun Sumsel mencoba mendekati komunitas tersebut dan mengamati dari dekat prilaku komunitas lesbi ini ternyata mereka masih berusia belia sekitar 15-18 tahun. Remaja yang ditaksir masih sekolah di SMP dan SMA.

"Cuma duduk-duduk saja. Menikmati suasana malam minggu," ujar Mi membuka obrolan ke Tribun Sumsel.

Malam itu Mi berpenampilan laiknya laki-laki dengan menggunakan kemeja dan celana jins di atas lutut. Untuk mempertegas citra laki-lakinya, Mi memotong pendek rambutnya dan menggunakan anting cowok. Bahkan ia tak sungkan untuk menghisap rokok.

Di kalangan lesbian, perempuan yang berbadan cukup tambun ini, berprilaku sebagai butchy atau bertindak sebagai laki-laki.

Sementara pasangannya disebut femme atau female. Femme ini biasanya berpenampilan seperti gadis pada umumnya bahkan cenderung lebih feminim dan seksi.

"Mereka yang kumpul ini biasanya pasang-pasangan. Cuma kumpul saja. Ada juga untuk mencari pasangan," katanya.

Istilah butchy dan femme digunakan untuk membedakan perilaku dari kaum lesbian. Selain itu ada juga istilah andro.

andro istilah yang digunakan untuk menunjukkan pembagian peran yang sama dalam karakter maskulin dan feminin pada saat yang bersamaan.

Seorang andro dalam arti identitas gender, adalah orang yang tidak dapat sepenuhnya cocok dengan peranan gender maskulin dan feminim.

Belum sempat bertanya secara mendalam, tiba-tiba kelompok mereka secara bersamaan menuju ke jalan di samping Museum SMB II. Hanya berselang beberapa menit terjadi perkelahian antara butchy. Mereka saling menendang dan menarik baju.

Perkelahian tersebut berakhir setelah ada seorang penjaga museum yang memarahi mereka. Namun beberapa butchy balik membentak penjaga tersebut.

Ternyata perkelahian tersebut dilandasi rasa cemburu antara butchy yang sama-sama mencintai satu femme.

# Mencari Pasangan di Sekolah

Tidak terlalu sulit menemui kelompok yang mereka sebut komunitas tomboy. Selain di BKB, biasanya remaja ini berkumpul tiap akhir pekan di Taman Simpang Polda. Polda rekrutmen komunitas ini dengan memanfaatkan jaringan mereka di sekolah-sekolah. Setiap anak yang memiliki masalah akan didekati, menjadi teman curhat, diajak berkumpul, hingga akhirnya memadu asmara.

Berawal dari pertemanan-nya di sekolah. Wi kini terjerumus dalam pergaulan yang salah.
Wanita yang kini bekerja di toko sebagai pramuniaga merupakan satu dari sekian banyak wanita yang mempunyai prilaku seks menyimpang. Wi merupakan pasangan lesbi dari temannya sendiri.

Ditemui Tribun Sumsel beberapa waktu lalu, Wi yang berkulit putih ini menceritakan bagaimana awalnya ia bisa masuk dalam pergaulan yang salah tersebut.
Dua tahun lalu. Tepatnya tahun 2012 saat Wi masih berseragam SMA dirinya berkenalan dengan Hen. Teman satu sekolahnya.

Hen merupakan sosok wanita yang terkenal cantik di sekolahnya. Banyak pria yang mencoba mendekati namun tidak ada satupun yeng bisa menjadi pacar Hen.
Melalui proses pertemanan yang terjalin cukup lama antara Wi dan Hen membuat keduanya sudah seperti sahabat. Hingga suatu malam Hen mengajak Wi untuk jalan-jalan di Benteng Kuto Besak (BKB).

" Ternyata di BKB itu sudah berkumpul teman-temannya Hen. Semuanya perempuan. Ada yang tomboy. Ada yang feminim," jelasnya.

Dalam komunitas tersebut ternyata Wi ditaksir oleh seorang butchy, temannya Hen. Melalui perkenalan yang intensif akhirnya Wi juga masuk ke dalam lingkungan lesbi tersebut.

"Awalnya hanya berteman saja. Lama-lama butchy itu mengatakan suka sama saya. Saat itu saya masih bingung karena kami sama-sama wanita tidak mungkin berpacaran. Kemudian Hen yang menjelaskan kepada saya apa itu lesbi. Semuanya serba tiba-tiba," ungkapnya.

Dengan alasan privasi, Wi tidak mau menceritakan semua kehidupannya di lingkungan lesbi tersebut. Ia merasa hal tersebut adalah aib dan kesalahannya.
Wi mengaku bahwa dirinya adalah alumni sekolah SMA swasta yang ada di Plaju. Dalam sekolahnya itu ada tiga orang yang lesbi.

Gerak-gerik mereka di sekolah sempat terbaca oleh guru dan siswa lainnya. Bahkan ada seorang butchy yang dipanggil oleh kepala sekolah gara-gara pasangan lesbi tersebut tepergok sedang bermesraan di kamar mandi sekolah.

"Tidak diberhentikan. Disuruh buat perjanjian untuk tidak lagi menjadi lesbi. Mendapat nasihat dan ceramah agama," terangnya.

Selain di sekolahnya, Wi mengaku bahwa di sekolah lain juga ada pasangan lesbi lainnya. Ini diketahuinya saat berkumpul sesama komunitas. Menurutnya dalam satu sekolah itu bisa ada dua orang siswa yang lesbi.

Psikolog Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Sumsel, Syarkoni pada tahun kemarin menerima klien yakni dua pelajar SMA yang terjerumus ke komunitas itu. Awalnya orangtua dua klien itu mengira, persoalan yang dihadapi anaknya hanya masalah suka bolos sekolah.

Pelajar itu selalu pergi pagi menggunakan seragam sekolah, lalu sering pulang malam. Orangtua pelajar itu baru mengetahui kenakalan anaknya setelah mendapatkan surat pemberitahuan sekolah. Sudah beberapa bulan tidak masuk dan sekolah tidak pernah mendapat keterangan perihal bolosnya pelajar itu.

“Anak itu ngaku ke orangtua selalu sekolah, ternyata bolos. Setelah dilihat ke belakang, ada pola asuh yang salah. Anak itu ternyata berkumpul di komunitas tomboy itu,” ujar Syarkoni.
Orangtua yang mengetahui kenyataan itu langsung marah. Tetapi si anak tetap tak berubah. Banyak nasihat yang diberikan ke anak juga tak mempan untuk menangkis pengaruh dari komunitas itu.

Oleh sebab itu, pelajar itu diajak menemui psikolog. Kepada Syarkoni, pelajar itu sebut saja Dina mengakui, awal masuk komunitas itu melalui ajakan teman satu sekolah yang sudah lama bergabung. Sebagai permulaan, Dina hanya diajak kumpul-kumpul dan ngobrol. Tidak ada iming-iming dan intervensi dari komunitas itu.

Biasanya mereka kumpul di BKB dan Taman Simpang Polda. Setelah beberapa bulan, mulai terjalin interaksi kebersamaan yang kuat. Pada suatu kesempatan, Dina diajak mengunjungi rumah seorang anggota komunitas. Sampai di sana, ia malah disajikan tontonan video porno.

“Awalnya klien (Dina-red) tidak tahu menahu tentang komunitas itu. Sebagai remaja beranjak dewasa, hasrat seksualnya tentu muncul. Awalnya memang risih, setelah dibujuk dan diraju akhirnya takluk juga. Sejak saat itu sudah terjalin hubungan sesama jenis diantara anggota komunitas,” jelas Syarkoni.

Psikolog yang sehari-hari bertugas di Rumah Sakit Ernaldi Bahar ini mendapat penjelasan, Dina tidak pernah memiliki pengalaman disakiti laki-laki. Alasan utamanya bergabung ke komunitas itu karena selama ini tidak banyak mendapatkan kasih sayang dan perhatian. Kedua orangtuanya sibuk bekerja dan tidak jarang pulang malam.

Dina selama ini merasa sendiri dan tidak betah lama-lama tinggal di rumah. Akhirnya mau saja menerima ajakan teman yang menawarkan kenyamanan dan memberikan perhatian.
Dina mengaku, kelompok mereka dinamai komunitas tomboy. Jumlah anggotanya hanya 6-8 orang. Tetapi dia tidak tahu, apakah ada komunitas sejenis lainnya dengan anggota jumlah anggota lebih besar di Palembang.

“Anak itu hanya sebagai anggota. Mereka tidak ada ketua, hanya anak-anak sekolahan. Mungkin saja ada semacam ketua besar yang menularkan prilaku itu. Pengalaman si anak belum sampai ke sana. Hanya sebagai anggota dan terlibat hubungan sesama jenis,” ujar Syarkoni.

Menurut dosen di Istitut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah ini, butuh waktu lama untuk mengembalikan anak itu ke prilaku normal. Bagaimana cara penangannny, harus diketahui apa penyebabnya. Apabila ada pengaruh hormon laki-laki yang lebih dominan dibandingkan hormon perempuan maka penangannya secara medis.

Jika disebabkan faktor pola asuh, maka perlu diperbaiki cara mendidik anak di rumah. Ada fase perkembangan yang harus dilalui seseorang mulai dari anak-anak sampai meranjak dewasa. Misalnya fase oral (mengulum tangan) yang harus dialami semua orang. Apabila ada kebutuhan tidak terpenuhi maksimal, kelak berpengaruah pada pola perkembangan prilakunya saat dewasa.

“Kita harus tahu dulu apa sebab si anak memiliki prilaku menyimpang. Kalau dua anak yang menjadi klien saya itu disebabkan pola asuh yang salah. Seharunya ini menjadi perhatian, terutama bagi orangtua, pendidik, dan tenaga profesional, agar permasalah ini ke depan jangan meluas,” ucapnya.

Anak-anak di usia sekolah sangat rentan terjerumus ke prilaku menyimpang. Pada kelompok ini, mulai muncul tanda-tanda jenis kelamin.  Berbarengan dengan itu hasrat seksual dan rasa ingin tahu juga datang sangat kuat. Apabila tidak dibekali edukasi dan kontrol pola asuh dari rumah, seorang anak bakal memiliki prilaku menyimpang.

“Dua anak perempuan yang menjadi klien saya itu dari keluarga berekonomi cukup. Memang orangtua sibuk, waktu pulang ke rumah sudah capek sehingga langsung tidur. Jadi perhatian pada anak terlupakan,” ungkap Syarkoni. (wan/bbbn)
  

Dokter Aborsi di Palembang Ceramahi Pasien Sebelum Gugurkan Janin

2 Jam Janin Keluar

# Oknum Dokter Nyambi Aborsi

Ilustrasi dokter

PALEMBANG, TRIBUN- Menggugurkan menjadi jalan pintas bagi sejumlah mahasiswi dan pelajar yang mengandung janin hasil hubungan di luar nikah. Tindakan ini bukan perkara sulit, sebab ada tenaga medis di Palembang yang bersedia melayani praktik menyalahi ajaran agama dan melanggar hukum ini.

Seakan tidak mau berdosa, pelaku aborsi mengawali tindakannya dengan memberikan nasihat kepada orang yang akan melakukan aborsi. Mengingatkan perbuatan itu berdosa dan salah, tetapi si dokter masih saja melakukannya. Janin mampu digugurkan tidak lebih dari dua jam setelah meminum obat pemberian dokter.

Tribun Sumsel mewawancarai orang yang melakukan aborsi di suatu tempat. Pasangan kekasih yang belum menikah. Akibat seks bebas pasangan wanitanya hamil.
“Usia kehamilannya saat itu masuk 4 bulan. Karena panik dan belum mau menikah kami melakukan aborsi," ujar L, seorang laki-laki, pacarnya S.

L mengetahui tempat aborsi di dokter praktik itu dari kerabatnya yang pernah melakukan hal serupa. Lokasinya sangat mudah dijangkau karena berada di tengah kota metropolis ini.
Saat bertemu dokter itu, L sedikit bingung bagaimana cara mengutarakan maksud kedatangannya.

Dokter tersebut ternyata paham maksud L setelah melihat bujangan itu mengajak pacaranya. Awalnya si dokter tidak memberikan jawaban pasti tentang solusi permasalahan yang dialami dua sejoli itu.

Sempat ditanya, bayinya mau digugurkan. Tak hanya itu, dokter itu menghabiskan waktu sekitar 30 menit untuk memberikan nasihat kepada L. Memberitahu bahwa aborsi merupakan perbuatan yang sangat berdosa.

" Saya diceramahinya terlebih dahulu. Inti dari perkataannya bahwa aborsi itu dilarang agama. Ia juga mengatakan seolah-olah bahwa dirinya hanya ingin membantu. Sepertinya dokter tersebut tidak mau dikatakan berdosa karena membantu orang menggugurkan kandungan," terang L.

Usai memberikan petuah, dokter pria itu mengecek kondisi janin berusia empat bulan yang dikandung pacarnya.
Usia kandungan empat bulan merupakan perkara gampang bagi dokter tersebut. Sebanyak 20 butir obat peruntuh janin diberikan. Bentuk obatnya seperti kebanyakan, berwarna putih dan berbentuk bulat pipih. L kemudian harus mengeluarkan uang Rp 2,8 juta untuk bayaran semua pelayanan yang diterimanya.

Pasien hanya disuruh memakan obat tersebut setiap empat jam sekali hingga terjadi kontraksi dalam janinnya. Sebelumnya pasien telah diajarkan apa yang harus dilakukan saat terjadi kontraksi.

Pengeluaran janinnya bukan di tempat dokter tersebut. Dokter hanya memberikan imbauan jika terjadi pendarahan.

"Jika terjadi pendarahan segera dibawa ke rumah sakit," ucap L mengenang perkataan dokter.

Aborsi yang dilakukan pasangan L dan S berhasil. Janin keluar tanpa pendarahan yang berlebihan. Obat yang diberikan bahkan belum semua dimakan.
Dalam proses pengeluaran janin. Obat yang diberikan akan membuat perut sakit dan keram. Darah akan keluar dari alat kelamin wanita secara berkala persis seperti wanita sedang mengalami menstruasi.

Dari cerita L, kurang lebih dua jam janin yang dikandung pacarnya keluar. Janinnya seperti darah yang menggumpal. Setelah janin itu keluar S tidak lagi mengalami pendarahan.
"Untuk memastikannya saya menggunakan alat tes kehamilan (test pack). Apakah masih positif (hamil, red) atau tidak. Ternyata tidak," terangnya.

Ketenaran dokter tersebut didapat para pelaku aborsi dari mulut ke mulut. Biasanya dari sesama pasien aborsi. Merasa puas dengan layanan itu, L kerap menjadi informan bagi temannya yang lain. Setidaknya hingga saat ini sudah tiga orang yang juga melakukan aborsi di dokter itu.

" Hal-hal seperti itu (aborsi, red) tidak sembarang orang tau. Kalau bukan teman yang benar-benar akrab. Tidak mungkin dikasih tau," jelasnya.

Berdasarkan informasi L, Tribun Sumsel mencoba mendatangi tempat praktik tersebut. Lokasinya berada di tengah perkotaan.

Sekilas orang akan menyangka tempat praktik tersebut hanya untuk pengobatan umum. Entah siapa yang memulainya. Dokter tersebut kini cukup tenar dalam urusan aborsi.
Tribun Sumsel masuk tempat praktik dokter tersebut. Suasananya cukup ramai. Para pasien yang berobat banyak yang duduk mengantri. 

Tidak bisa diketahui mereka mau berobat apa karena dokter yang akan ditemui bukanlah dokter spesialis.
Sebelum menemui dokter para pasien harus mendaftar terlebih dahulu dan mendapatkan nomor antrian. Demi menjaga kerahasiaan narasumber Tribun Sumsel tidak bisa menggambarkan secara detil lokasi praktik dokter tersebut.

"Saya minta jangan dipublikasikan," ujar S, mewanti-wanti Tribun Sumsel yang berencana ke tempat praktik dokter itu.

Aborsi (menggugurkan kandungan-red) juga dilakukan oleh seorang gadis, sebut saja Mawar. Ia berbuat seperti itu diantarkan oleh seorang teman laki-lakinya yang juga pacarnya. Dalam pengakuan prianya, mereka sudah tidak memiliki pilihan lain selain harus menggugurkan kandungan. 

Pada Tribun Sumsel, pria tersebut menceritakan sepengetahuan dia ketika pacarnya melakukan aborsi. Waktu itu sore hari menjelang magrib, ia pergi ke sebuah tempat klinik di Palembang.

Di tempat itu, mereka pergi bersama. Berbekal sebuah informasi simpang siur dari seorang temannya, mereka nekat pergi ke tempat yang dimaksud. Sesudah tiba disana, si lelakinya pun mengaku kebingungan.

Bingung apakah tempat pengobatan tersebut memang mau atau bisa melakukan aborsi atau tidak. Sebab selain informasi yang masih minim tentang tempat itu, ini pertama kalinya akan melakukan aborsi bagi pasangannya.

Namun karena mengaku sudah tak memiliki cara dan pilihan lain selain aborsi, ia pun nekat masuk ke tempat tersebut hingga akhirnya mendaftar di sebuah klinik untuk menunggu giliran dilakukan pemeriksaan.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya tiba juga giliran pasangan ini. Namun, ketika tengah di dilakukan pemeriksaan, si pria tidak ikut masuk ke tempat pemeriksaan. Dirinya menunggu di ruang tunggu sambil berharap-harap cemas.
Setelah pemeriksaan, si pria mengaku lega. Sebab usia kandungannya jauh lebih muda dari perkiraan. 

"Terus terang saja sama dokternya, mau aborsi. Ternyata setelah diperiksa, katanya usia kandungan masih muda. Belum ada nyawanya, masih berupa darah," kata pria itu lagi.
Ia tidak mengetahui secara pasti proses aborsi yang dilakukan di tempat tersebut. Dirinya tak mau bertanya secara lengkap soal prosesnya dengan alasan tak mau mengungkit-ungkit kejadian tersebut.

Namun katanya, ketika dilakukan pemeriksaan perempuannya hanya diberi semacam pil dan obat yang disuntikan. Setelah itu, beberapa hari kemudian diwajibkan untuk datang kembali ke tempat tersebut untuk proses selanjutnya.

Soal biaya yang dikeluarkan pun, ia mengaku tak tahu. Karena setelah proses pemeriksaan dan urusan administrasi, ia tak mengurusi, melainkan si perempuannya itu.
Tribun Sumsel juga menemui satu lagi pasangan remaja yang melakukan aborsi. Remaja ini masih berstatus mahasiswi di Palembang.

Aborsi yang dilakukan cukup ekstrim dan mempertaruhkan nyawa si perempuan. Pasangan ini hanya menggunakan bahan-bahan tradisional yang bisa membuat janin gugur.
Pengetahuan yang mereka dapat hanya melalui mulut ke mulut. Karena situasi yang mendesak pasangan ini rela melakukannya (aborsi, red).

"Dapat cerita dari kawan bahwa menggunakan buah nanas muda bisa menggugurkan janin. Tidak ada pilihan lain," ujar M.

Entah memang berkhasiat atau tidak buah nanas muda tersebut membuat si perempuan mengalami sakit perut yang luar biasa. Tetapi tidak ada tanda-tanda terjadi kontraksi pengeluaran janin. M tidak membawa pacarnya ke rumah sakit. Ia hanya memberikan bantuan obat-obatan seadanya.

Saat itu M cukup panik. Karena ia takut pacarnya tidak mampu menahan rasa sakit. Sama seperti yang dialami S. Pacar M mengalami pendarahan seperti orang menstruasi.
"Beruntung pacar saya tidak apa-apa," sesalnya.

Aborsi yang dilakukan sembarangan memang memiliki resiko besar. Bisa mengakibatkan pendarahan hebat yang berujung kematian.
I, seorang perempuan yang pernah bekerja sebagai asisten bidang memiliki pengalaman menarik selama tugas di sana. Ia pernah menjumpai seorang mahasiswi yang minta pertolongan untuk mengeluarkan ari-ari (plasenta) di dalam rahimnya.

Alasan mahasiswi itu, bayi itu sudah dikeluarkan sendiri setelah meminum sejumlah obat. Tetapi  ari-arinya masih tersisa.

“Kami suruh anak (bayi-red) itu dikuburkan. Kami bujuk suruh tobat. Anak kos di Palembang, aslinya dari dusun,” jelas I.
I waktu itu kaget, sebab baru pertama kali menjumpai orang yang tega menggugurkan kandungannya. Sebagai asisten, I hanya membantu membersihkan ari-ari yang sudah dikeluarkan.

Bidan tempat I bekerja memang cukup terkenal di kawasan seberang ulu. Selalu ramai, namun tidak untuk melayani orang aborsi.

“Remaja-remaja sekarang lebih pintar dari bidan. Entah dari mana tahunya, bisa menggugurkan sendiri janin dalam kandungan. Kalau sudah ada masalah, baru datang ke bidan atau dokter kandungan,” jelas I.

Tarif untuk setiap tindakan penyelamatan dan pembersihan rahim bervariasi. Normalnya Rp 800 ribu, namun bagi yang perlu mendapat bantuan infus menjadi Rp 1 jutaan.

Pengalaman lainnya, pernah menjumpai pasangan yang mengaku sudah menikah yang minta dikeluarkan janin yang dikandung. Alasannya, janin itu sudah mati sekitar dua hari setelah dilakukan USG.

“Sekitar dua hari setelah USG, janin tidak bergerak. Lalu si wanita sakit perut dan langsung pecah ketuban. Baru hamil 6 bulan. Pas lahir, bayi memang sudah biru dan meninggal,” ujar I. (bbn/and/wan)


# Ancam Cabut Izin Praktek

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Palembang, dr Fauzia

Aborsi itu memang sulit terdata. Bentuknya ada, tetapi tidak ketahuan. Tindakan ini tidak mengapa dilakukan asalkan sesuai dengan indikasi medis. Artinya dilakukan untuk menghindari ancaman pada keselamatan si ibu.

Apabila dilakukan tanpa indikasi medis namanya ilegal. Itu akan dijerat hukum. Apabila benar terbukti bersalah maka sanksi lainnya akan mengikuti. Dinas Kesehatan Kota Palembang tidak segan-segan mencabut izin dan menutup tempat praktik dokter atau bidan yang melakukan tindakan itu.

Wanita yang melakukan aborsi juga perlu mengetahui resikonya. Apabila dilakukan bukan di tempat standar pelayanan dapat berakibat infeksi, pendarahan hebat, sampai kematian.
Oleh sebab itu aborsi harus dilakukan oleh orang berkompetensi di bidangnya. Bidan itu hanya mengurusi persalinan normal, jadi tidak boleh melakukan aborsi. Mereka yang boleh adalah dokter spesialis kandungan dan itu juga harus sesuai indikasi medis.

Sampai sekarang belum ada laporan kasus-kasus ini ke Dinkes Palembang, apalagi sampai melibatkan dokter. Padahal kami juga butuh informasi dari masyarakat. Sangat senang apabila ada laporan meski urusan ini nantinya akan masuk ke ranah hukum.

Kami di Bidang Pelayanan Kesehatan fokus memberikan pelayanan sesuai standar untuk kesehatan ibu dan anak, remaja, dan lanjut usia.

Untuk mencegah resiko terjadinya aborsi dimulai dengan melakukan hubungan yang aman. Seks aman yang dicapai melalui jalan pernikahan sah. Edukasinya jangan melakukan sesuatu yang belum waktunya.

Untuk kesehatan reproduksi remaja, Dinas Kesehatan bekerjasama dengan sekolah membentuk konselor sebaya (kader remaja) untuk bantu memberikan pemahaman dan sosialisasi ke teman-temannya yang berpotensi bermasalah atau sedang bermasalah.

Jumlah konselor sebaya di setiap sekolah sebanyak 10 persen dari total siswa. Sebagai koordinator pemberi edukasi adalah petugas di puskesmas. Adapun materi sosialisasi yang diberikan tentang prilaku hidup sehat, infeksi menular seksual, serta kesehatan reproduksi perempuan dan laki-laki.

Program ini dilakukan secara bertahap. Setiap kabupaten/kota setidaknya memiliki 4 puskesmas sebagai pembina konselor sebaya. Nantinya setiap tahun akan ada rotasi sekolah-sekolah mana yang dilibatkan dalam program ini.

Sengaja dilakukan pada siswa/siswi SMP dan SMA yang berusia maksimal 18 tahun. Mereka yang masih berstatus remaja ini masih dalam peralihan, labil, dan mudah terjebak. Berbeda dengan mahasiswi/mahasiswa yang sudah dikategorikan dewasa muda. Sudah busa menentukan mana tindakan yang benar dan salah. (wan/bbn/and)

*Telah dipublikasikan di Tribun sumsel*

Sekali Gesek Dapat Rp 5 juta


Sekali Gesek Dapat Rp 5 juta

# Bisnis Gestun Kartu Kredit

Suasana toko sepatu di kawasan Dempo Dalam yang melayani jasa gesek tunai kartu kredit



PALEMBANG, TRIBUN- Orang-orang ramai mengunjungi toko sepatu di Kawasan Jalan Dempo Luar setiap harinya. Seperti tempat usaha pada umumnya, toko ini memajang beberapa pilihan sepatu pria dan wanita.

Ada juga koleksi tas, kaos kaki, dan sandal. Tetapi hampir semua orang yang datang bukan untuk membeli sepatu atau produk lain yang dijual di sana. Mereka datang untuk memanfaatkan layanan gesek tunai (Gestun) menggunakan kartu kredit. Layanan ini memungkinkan penarikan uang tunai tanpa dikenakan bunga.

Tribun Sumsel yang berada selama satu jam di toko itu tak sempat mewawancarai si empunya usaha. Pemilik toko sangat sibuk, tak pernah hentinya melayani konsumen yang datang silih berganti. Bukan hanya pria, konsumennya juga wanita dari berbagai profesi.

Sang pemilik toko, biasa disapa Cece, duduk di balik meja kasir di ujung toko. Disampingnya berdiri seorang wanita yang membantu menyusun antrean kartu kredit pengunjung yang hendak memanfaatkan fasilitas gesek tunai.

Meja kasir itu tampak berantakan. Ada sekitar tujuh mesin Electronik Data Capture (EDC) milik beberapa bank berjejer di atas meja. Di meja itu juga ada tumpukan kertas-kertas dan kotak yang tak tahu untuk penyimpanan apa.

Konsumen yang datang tak banyak bertanya-tanya. Seperti sudah paham aturan main, mereka yang baru tiba segera mengambil kartu kredit dan Kartu Tanpa Penduduk (KTP) dari dalam tas atau selipan dompet.

Mereka lalu meletakkan dua kartu itu di atas meja. Sedangkan pegawai toko tadi menyusun urutan siapa yang datang terlebih dahulu untuk mendapatkan layanan pertama.
“Berapa?” Tanya Cece kepada si pemilik kartu yang berdiri di hadapannya.

Konsumen tinggal menyebut nominal uang yang dibutuhkan. Ada yang menarik uang Rp 1 juta, 1,5 juta, 3 juta, 5 juta, dan seterusnya sesuai limit masing-masing kartu kredit yang dimiliki.
“Rp 2,5 juta,” kata seorang pemuda.

Cece kemudian mengambil kartu kredit milik pemuda itu dan memasukkannya ke dalam mesin EDC. Tangannya yang kecil menekan beberapa tombol di atas mesin itu.
Selang beberapa detik, Cece menyatakan keinginan pemuda itu tidak bisa terpenuhi. Ia lalu menyarankan pemuda itu menurunkan nominal uang yang diminta menjadi Rp 2 juta.
“Kenapa tidak bisa ya, kan limit kartu  saya itu Rp 5 juta. Ok lah, tak apa Rp 2 juta,” ujarnya sedikit bingung.

Cece kemudian menggesek kartu kredit pemuda itu ke mesin EDC lainnya. Setelah menekan beberapa tombol, akhirnya muncul dua carik struk bukti transaksi dari mesin lainnya. Pemuda itu kemudian diminta untuk membubuhkan tanda tangan pada secarik kertas itu.
Pada saat bersamaan, Cece mengambil tumpukan uang dari dalam tas bewarna coklat yang sejak tadi ada dipangkuannya.

Uang itu kemudian dihitung ulang oleh seorang karyawan yang berdiri di samping pemilik toko itu. Pemuda yang bekerja di Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) itu hanya menerima uang Rp 1,94 juta.

Jumlah uang yang diterima oleh orang yang memanfaatkan layanan gesek tunai memang tidak penuh. Pemilik toko memotong sebagian uang sebagai bentuk fee atas jasa layanan yang telah diberikan.

Misalnya pinjaman Rp 1 juta maka uang yang diterima hanya Rp 950 ribu. Sedangkan pinjaman 1,5 juta maka yang diterima hanya Rp 1,440 juta.

Toko sepatu yang menyediakan layanan ini sering disebut Merchant Gestun. Gurihnya bisnis ini sudah banyak dinikmati oleh beberapa pengusaha di kota-kota besar di Indonesia.
Kebutuhan konsumen dan pertumbuhan industri kartu kredit memang memunculkan bisnis ini. Bisnis gestun mulai menjamur sekitar  tahun 2000 ke atas. Saat itu pertumbuhan kartu kredit sangat besar dan masyarakat semakin pintar melihat peluang.

Diwawancarai usai mengambil melakukan transaksi gestun. F berujar bahwa dirinya mengetahui adanya jasa gestun ini dari orang-orang sesama pengguna kartu kredit.
Menurutnya menggunakan jasa gestun ini membuatnya lebih hemat dibanding melakukan tarik tunai di ATM. Jika menggunakan ATM ia akan dikenai biaya administrasi sebesar Rp 90 ribu dan biaya tarik tunai sebesar Rp 50 ribu. Ditambah lagi bunga yang akan dikenakan oleh bank sekitar Rp 50 ribu.

" Untuk gestun tidak ada bunga atau bunga nol persen. Uang tips Rp 60 ribu untuk pemilik toko. Lebih hemat," ujarnya.

Selain itu juga, sistem gestun yang seolah-olah pemegang kartu kredit melakukan transaksi berbelanja membuat pembayaran minimum tiap bulannya hanya Rp 42 ribu.
Jumlah ini jauh lebih murah dibandingkan penarikan tunai di ATM, yang pembayaran minimum tiap bulannya antara Rp 300-500 ribu.

F mengakui, jasa gestun digunakan sebagai antisipasi ketika memerlukan kebutuhan uang secara mendadak. Adanya gestun ini membuatnya tidak perlu sibuk mencari pinjaman uang.
Seorang pengguna gestun lainnya mengakui bahwa adanya gestun ini benar-benar dimanfaatkan oleh pengguna kartu kredit.

Menurutnya, saat ini limit kartu kreditnya telah dinaikkan oleh pihak bank menjadi Rp 10 juta. Naiknya limit ini karena ia rajin melakukan transaksi menggunakan kartu kredit dan juga tidak terlambat membayar uang tagihannya.

Dengan limit yang besar tersebut ia bisa mendapatkan dana tunai dalam jumlah besar tanpa proses berbelit-belit seperti pengajuan kredit di bank.

"Jadi sangat penting kartu kredit ini dan juga gestunnya. Pengajuan kredit di bank sangat rumit dan bertele-tele. Menggunakan kartu kredit dan gestun uang dengan cepat bisa dicairkan," ujar laki-laki berbadan tambun ini.

Pria yang mewanti-wanti agar namanya tidak dipublikasikan ini karena takut dilacak oleh pihak bank mengaku telah berulang kali menggunakan gestun.

Diakui bahwa dirinya sangat sulit mengajukan peminjaman uang di bank. Harus adanya agunan membuatnya beberapa kali ditolak bank.

Atas saran kawannya ia membuat kartu kredit yang bisa dijadikan uang tunai ketika sangat memerlukan uang dalam jumlah besar.

Semakin mendekati hari Raya Idul Fitri merchant pelayanan gestun di toko sepatu 704 semakin ramai dikunjungi orang. Alasannya pun beragam. Mulai dari persiapan lebaran hingga modal untuk pulang kampung (mudik).

Ditemui Tribun Sumsel di merchant gestun berkedok toko sepatu tersebut, Hairul, mengaku membutuhkan dana tunai untuk persiapan menyambut lebaran.

Pria yang bekerja di dealer motor ini menarik uang Rp 3 juta dari kartu kreditnya.
" Ambil sekarang (gestun, red) karena takut nanti antrian semakin panjang menjelang lebaran," ujarnya

Uang sebesar Rp 3 juta tersebut dipotong sebesar Rp 90 ribu oleh pemilik gestun. Potongan tersebut dinilai tidak memberatkannya terpenting kebutuhan uang tunainya teratasi.

Tarik EDC dari 5 Mechant BNI

Bank Nasional Indonesia (BNI) sudah menarik lima mesin EDC dari lima merchant di wilayah Sumbagsel selama ini. Terakhir pencabutan itu dilakukan Oktober 2013 silam. Untuk Sumbagsel, BNI memiliki 2.500 merchant.

Hal itu diungkapkan Kepala Cabang Bank BNI Musi Palembang, Yahya Mawarzi pada Tribun Sumsel, Rabu (16/7) ketika ditemui di ruang kerjanya.

"Ada Lima merchant di Sumbagsel yang sudah kita cabut. Akhir 2013 lalu itu yang terakhirnya. Hingga sekarang belum ada indikasi praktik yang seperti itu lagi," kata dia setelah sebelumnya menanyakan hal ini kepada bagian yang membidanginya.

Menurut dia, kelima merchant yang dicabut tersebut lantaran memang melanggar fungsi dan tujuan sebenarnya. Kebijakan itu diambil sesuai arahan dari Kantor Pusat Jakarta.

Kelima merchant yang dicabut itu juga menerapkan praktik alih fungsi mesin EDC. Harusnya mesin EDC digunakan untuk mempermudah pelanggan bank yang memiliki kartu kredit dalam berbelanja barang. Namun nyatanya malah digunakan untuk mengambil uang tunai.

Yahya mengakui, praktik tersebut memang sudah lama terjadi di dunia perbankan. Jakarta menjadi daerah yang banyak melakukan praktik tersebut hingga tidak sedikit kerjasama dengan merchant diputus.

"Merujuk aturan Bank Indonesia kan memang tidak diperbolehkan praktik seperti itu. Kalau ada kejadian seperti itu, namanya kan mengubah fungsi. Di situ kan harusnya untuk mempermudah pelanggan dalam membeli barang tapi nyatanya mereka menggunakan untuk mengambil uang. Jelas bukan pada tempatnya," kata dia.

Kendati banyak disalahgunakan, praktik itu tidak berdampak apa-apa kepada bank yang bersangkutan. Hanya saja alih fungsi yang menjadi persoalannya.
"Tidak ada dampak, mengungungkan juga tidak," katanya.

BNI mengajukan beberapa syarat bagi masyarakat yang hendak menjadi merchant. Harus ada pengajuan kepada, nanti penempatan EDC disesuaikan klausul kerjasamanya. Bisa sewa gratis atau membayar kepada bank.

"Verifikasi dulu, kemudian peninjauan tempat layak tidaknya. Pastinya juga ia merupakan pelanggan bank yang dimaksud," ujarnya lagi.

Apabila ada pemilik kartu kredit hendak melakukan tarik tunai di ATM bank dikenakan biaya cash maksimal Rp 100 ribu. Sementara kalau mereka berbelanja, tidak dikenakan cash, hanya bunga saja. Lantaran tidak dikenakan biaya cash itulah banyak orang menerapkan praktik gesek tunai.

Pihak BNI memastikan setiap merchant yang melakukan praktik itu diberikan teguran dan sanksi hingga pencabutan.

Meski ada aturan tegasnya, BNI selama tidak mengetahui secara detil apakah merchant melakukan praktik itu atau tidak. Cara paling mudah mendeteksinya dengan melihat jumlah transaksi di merchant itu dalam periode tertentu.

Misalnya sebuah toko yang memiliki EDC terbilang sepi pengunjung, namun jumlah transaksinya di luar kewajaran. Temuan itu patut dicurigai sudah terjadi praktik gesek tunai. Cara lainnya dengan menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat. (wan/bbn/and)

#Perlu Kajian Mendalam

PALEMBANG, TRIBUN-Kepala kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumsel, Patahuddin, menjelaskan, transaksi gestun sama seperti transaksi di ATM.
Gestun menggunakan mesin EDC sebagai pencatat transaksi. Uangnya berupa dana tunai dari penyedia jasa. Hakikatnya EDC itu digunakan untuk transaksi belanja bukan penarikan uang tunai.

Setiap bank penyedia EDC memiliki perjanjian dengan merchant penempatan EDC. Bagaimana isi perjanjian yang dibuat oleh pihak bank dan merchant. Kemungkinan ada yang melanggar perjanjian.

"Perjanjian dibuat antara pihak bank dan toko untuk penempatan EDC," ujarnya.

Untuk penempatan EDC di merchant hanya dilakukan oleh pihak bank tanpa melibatkan lembaga keuangan lain. Hanya antara bank dan merchant.

Setiap bank harus membuat Rancangan Bisnis Bank (RBB) pada tiap akhir tahun untuk operasional bank tahun berikutnya. Misalnya RBB tahun 2015 harus dibuat akhir tahun 2014 dan diserahkan kepad OJK.

Di dalam RBB itulah diketahui apa saja rencana bank tersebut seperti penambahan mesin ATM, pembukaan kantor cabang baru, dan sebagainya.

Untuk pembangunan kantor kas ke bawah (tidak melayani kredit). Jika RBB tersebut telah disetujui oleh OJK maka bank hanya wajib memberikan laporan tanpa harus meminta izin lagi.
"Misal dalam RBB bank mau menambah 100 mesin ATM. Jika RBB nya sudah disetujui tidak perlu izin lagi. Tetapi wajib memberikan laporan perkembangan kepada OJK," lanjutnya.

Gestun yang merupakan transaksi berpura-pura belanja memanfaatkan EDC sejauh ini belum ada pengaduan yang diterima oleh OJK dari pihak yang dirugikan. Karena itu ia menilai transaksi gestun merupakan transaksi biasa. Adanya fee yang diminta oleh penyedia jasa gestun bisa saja merugikan konsumen jika nilainya terlalu besar.
"Belum ada pengaduan seperti itu (gestun)," ujarnya. (bbn)

*Telah diterbitkan di Tribun Sumsel)*