Ramai-Ramai Ikut Arisan MMM
PALEMBANG, TRIBUN Kegemaran Teddy Purnajaya bermain judi online mulai ditinggalkan setelah mengenal bisnis Manusia Membantu Manusia (MMM). Berawal dari uang Rp 100 ribu, Pegawai Negeri Sipil (PNS) ini dalam waktu empat bulan sudah memiliki rekening tabungan sebesar Rp 50 juta.
Bisnis ini berawal dari seringnya seorang teman di facebook (FB) mengirim foto produk elektronik yang baru dibeli hasil bisnis MMM. Teddy jadi penasaran, lalu bertanya dan merasa takjub dengan keuntungan yang diperoleh setiap bulannya.
“Banyak orang merasakan manfaatnya. Saya dari bisnis ini bisa beli banyak kebutuhan lebaran, bayar utang, untuk makan. Kalau sabar, bisa saja beli mobil atau lainnya,” ucap pria yang menjabat Konsultan MMM Muaraenim ini kepada Tribun Sumsel, Sabtu (9/8).
Apa yang dihasilkannya selama empat bulan ini menjadi daya tarik bagi beberapa temannya. Mereka kemudian menitipkan uang sebesar Rp 50 juta untuk diikut sertakan dalam bisnis ini. Terakhir Teddy mengirim uang ke sejumlah rekening partisipan MMM sebesar Rp 100 juta, kemudian menerima kiriman balik uang Rp 130 juta.
Ia tak mengetahui secara pasti jumlah partisipan di Sumsel. Namun sebagian diantaranya bekerja sebagai PNS, pengusaha, ibu rumahtangga, polisi, dan TNI.
Teddy tak takut pada banyaknya pemberitaan yang meramal bisnis MMM bakal hancur tak lama lagi. Semua yang dikatakan itu dianggap “angin lalu” karena meluncur dari mulut orang-orang yang belum bergabung dan merasakan manfaatnya.
“Banyak orang yang takut tersaingi. MMM lebih menguntungkan dibandingkan harus meminjam uang di bank, terhindar dari jerat rentenir, dan banyak investasi lain terancam,” katanya.
Bisnis yang dibawa oleh seorang Rusia bernama Sergey Mavrodi ini diyakininya akan terus ada selama orang-orang yang bergabung tetap menjalankan komitmen untuk saling memberi dan menerima.
Ia menolak apabila ada yang mengatakan MMM suatu lembaga investasi. Sebab uang partisipan bukan di kirim ke rekening satu orang melainkan ke sesama partisipan. Namun perlu diingatkannya, sebaiknya menggunakan uang bebas atau tidak mengganggu untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
“Jangan memaksakan diri, hanya untuk mendapatkan profit. Karena MMM bukanlah bisnis investasi, dan bantuan seharusnya tidak memberatkan partisipan. Bisa mulai dari Rp 100 ribu, kalau ada dana lebih bisa Rp 300 ribu. Semua bisnis ada risiko, tetapi bagaimana kita mengantisipasinya,” kata Teddy.
Member MMM secara jujur mengakui adanya resiko besar di bisnis investasi asal Rusia tersebut.
Ariani, warga Palembang ini membenarkan bahwa main di bisnis MMM tidak memiliki jaminan modal yang diinvestasikan bisa kembali.
"Misal pemerintah menganggap MMM ini mengganggu perekonomian perbankan dan menutup situs resmi MMM sehingga tidak bisa diakses oleh member. Otomatis sistem tidak bisa jalan. Tidak ada jaminan untuk dana bisa kembali," ujarnya.
Meskipun begitu, Ariani tetap meyakinkan calon member bahwa bermain di MMM harus pintar. Kalau berani bisa sukses.
"Di situ aja sih (resikonya). Makanya harus pinter-pinter. Kalau sekarang ya misal ditutup, saya tidak merasa rugi karena modal saya cuma Rp 500 ribu kok. Berisiko main MMM, tapi kalau berani bisa sukses," terangnya.
Ia juga menjelaskan calon member baru MMM bisa melakukan investasi mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp Rp 10 juta. Jika calon member mempunyai modal besar ia menyarankan untuk main beberapa akun maksimal.
"Nah misal kamu punya Rp 50 juta. Kamu main sebulan sudah dapat Rp 15 juta. Bulan depannya sudah bisa maen pakai untungnya," ungkapnya.
Menurutnya cara main MMM seperti itu adalah mereka tipe kelas kakap. Sedangkan yang masih takut atau ragu-ragu (kelas teri) akan main secara bertahap. Jika sudah dapat untung baru menambah jumlah investasi.
"Saya dulu modalnya Rp 500 ribu. Tapi sekarang sudah bisa Rp 16 juta," ujarnya.
Bagi Firman, mengikuti bisnis MMM bukan kebutuhan utama, hanya iseng dan sebagai tambahan uang jajan saja.
Warga Palembang ini sudah tiga bulan mengikuti bisnis tersebut. Modal yang disertakan dalam bisnis itu sebesar Rp 3 juta dan meraup keuntungan sebesar Rp 1,8 juta.
Bisnis MMM ini diketahuinya dari seorang teman. Mendengar penjelasan mengenai bisnis tersebut, pria yang bekerja sebagai sales mobil ini tergiur untuk menginvestasikan sebagian uangnya.
Setelah mendapat pemahaman mengenai MMM, ia pun pertama kali membuka akun dengan menyetor uang senilai Rp 1 juta. Bulan kedua, ia menyetor lagi Rp 1 juta, kemudian bulan ke tiga, menyetor lagi dengan membuat akun ke tiganya senilai Rp 1 juta. Total, jumlah uang yang diinvestasikan sebesar Rp 3 juta.
Dalam usaha pemahamannya soal MMM dari temannya itu, Firman mengaku harus tahu terlebih dahulu risiko dan keuntungannya sebelum memutuskan bergabung.
"Modal kita, tetap bisa diambil saat itu juga, kalau kita mau. Terus kalau kita mau ikut lagi, bisa juga dengan akun yang sama. Nanti malahan bunga yang kita dapat bertambah," jelasnya.
Menurutnya, bisnis tersebut berbasis jaringan online server. Uang yang. Kita setorkan tergantung dari server tersebut. Resikonya, apabila server mengalami kerusakan, uang milik kita yang disetorkan akan hangus. Disitulah sebagai member tidak bisa menuntut kesiapapun.
Kendati sudah mengetahui risiko yang terpampang itu, ia tidak takut. Sebab ia mengikuti bisnis itu sebagai ajang tambah uang jajan. Daripada uang menganggur, hitung-hitung diinvestasikan.
Berbeda dengan yang diungkapkan oleh seorang pentolan bisnis MMM di Palembang, WG yang dihubungi beberapa hari lalu. Tribun Sumsel yang menanyakan bagaimana prospek bisnis MMM malah diarahkannya untuk bergabung ke bisnis Sama Sama Sejahtera (SSS).
Menurutnya, bisnis MMM sekarang lagi sepi akibat adanya pembersihan akun-akun yang kotor yakni milik partisipan yang tidak mentransfer sejumlah uang tetapi ingin mendapatkan bantuan transfer dari orang lain. Akibat pembersihan akun itu, ada sejumlah orang yang sudah mentransfer sejumlah uang disebut provide help (PH) belum mendapatkan bantuan transfer atau disebut get help (GH).
“MMM sekarang lagi sepi, ada gangguan. Saya tidak berani mengajak orang lain. Malah GH saya masih Rp 11 juta yang belum masuk sejak satu minggu lalu,” ungkap WG.
MMM disebutkan, sudah lama masuk ke Palembang dan sudah banyak orang yang menjadi partisan (anggota). Gara-gara gangguan itu, WG kini sering mempromosikan SSS yang baru satu tahun dibentuk.
Nominal uang yang ditransfer di bisnis SSS mulai dari Rp 100 ribu sampai Rp 25 juta. Lebih besar dibandingkan maksimal dana transfer di MMM yang hanya sampai Rp 10 juta per akun. Sedangkan sistem keuntungan yang diperoleh bisnis SSS dihitung setiap 15 hari sebesar 15 persen.
“Lebih baik sekarang ke SSS. Lebih menjanjikan. Saya baru 7 hari join, sudah balik modal. Hingga kini saya sudah punya 24 titik,” ujarnya.
Apa itu MMM?
Mavrodi Mondial Moneybox (MMM) atau banyak disebut jaringan sosial keuangan, merupakan komunitas orang-orang yang saling berbagi informasi, meningkatkan silaturahmi, dan saling membantu sesama umat manusia serta dapat mempersatukan bukan saja orang-orang di Indonesia, akan tetapi diseluruh dunia. Istilah umum dikalangan Partisipan MMM Indonesia yaitu Manusia Membantu Manusia.
Bagaimana aliran uangnya? Setiap orang yang bergabung harus mentransfer sejumlah uang atas perintah sistem (bukan perintah admin atau owner) ke sejumlah rekening parsipan lainnya. Setelah itu dalam waktu 30 hari berikutnya akan diperoleh keuntungan minimal 30 persen.
Konsep dasar MMM mirip bank, akan ada deposit (provide help) dan penarikan (get help) dari partisipan lama dan/atau partisipan baru setiap hari sehingga terjadi arus uang masuk dan uang keluar secara virtual.
Di MMM tidak ada setor uang ke rekening pengelola atau admin, apalagi setor ke pimpinan MMM. Hanya saja di MMM, setiap partisipan wajib mendepositkan uangnya selama minimal sebulan dan akan mendapat reward 30 persen per bulan dari nilai depositnya sehingga total mendapatkan 130 persen. (wan/and/bbn)
Sudah 3 Tahun Tunggu Janji Pembagian Fee
Berbagai bisnis, entah itu yang disebut investasi, online, money games semakin gencar dikenalkan sejak beberapa tahun terakhir. Ada sejumlah orang yang bergabung dengan suatu investasi masih menikmati pertambahan pundi-pundi uangnya. Tetapi tidak sedikit orang yang hanya bisa pasrah setelah uang puluhan hingga ratusan juta yang dijadikan modal tak kembali.
Sudah banyak contoh korban investasi di Sumsel. Mulai dari Investasi CV Fadilah, Fattriyal Member (FM), Indotronik, dan yang sekarang ada 200 lebih orang masih menunggu realisasi janji pengelola Investasi Amanah 1 (IA1) yang akan memberikan fee mandek sejak tahun 2011 lalu.
Seorang investor IA1 yang malu disebutkan namanya mengakui, uang sebesar Rp 10 juta miliknya tak kembali sejak pertama kali bergabung di investasi yang disebutnya bergerak di bidang forex (perdagangan mata uang) tiga tahun lalu. Sampai sekarang ia masih berrkomunikasi dengan konsorsium (pengendali wilayah) dan menantikan realisasi janji pemberian fee.
Awal mula ia bergabung investasi karena menjanjikan profit setiap akhir bulan hingga 200 persen dari nilai investasi. Sebagian temannya merasakan manisnya bisnis ini tanpa harus bersusah menjual produk. Ada yang sudah membeli mobil, motor sport, rumah, dan jalan-jalan ke luar negeri.
Terlena dengan profit yang begitu besar dan mudah itu, ia akhirnya menyetorkan uang tabunganya sebesar Rp 10 juta ke konsorsium. Mimpi indah yang dibangun sejak lama untuk menjadi cepat kaya sirna karena satu bulan kemudian tak ada tanda-tanda pembagian fee dari konsorsium.
Macetnya pembagian fee juga dialami teman-temannya yang selama ini menikmati pembagian fee sebesar 200 persen. Konsorsium di Palembang sudah beberapa kali menjanjikan pencairan tetapi sampai awal bulan ini belum direalisasikan.
“Jumlah investornya di seluruh Indonesia diperkirakan mencapai 13.000 orang. Saya itu heran, kenapa investasi ini tidak dibongkar oleh polisi ya. Memang saya akui, orang-orang yang sudah menikmati keuntungan memilih diam,” kata pria yang bekerja di perusahaan swasta ini. (wan)
Perlu Kajian Mendalam
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumsel meminta agar masyarakat berhati-hati terhadap investasi yang menjanjikan keuntungan di atas suku bunga normal.
Suku bunga normal yaitu suku bunga yang sesuai dengan perbankan. Sedangkan MMM memberikan keuntungan hingga bunga 30 persen. Karena itu patut diwaspadai investasi seperti ini.
"Indikator investasi sehat lihat dari suku bunganya. Jika di atas suku bunga perbankan wajib diwaspadai," ujar Kepala kantor OJK Sumsel, Patahuddin.
OJK meminta kepada masyarakat Sumsel agar berhati-hati dalam mengikuti bisnis investasi yang menjanjikan bunga lebih tinggi dari bunga normal, termasuk MMM. Terlebih bisnis investasi MMM tidak memiliki kepastian izin.
Namun Patahuddin menilai butuh kajian lebih dalam tentang investasi MMM. Ia berpatokan dari suku bunga yang diberikan MMM menunjukan bahwa investasi tersebut harus terus diawasi.
Meskipun begitu OJK Sumsel belum memiliki kewenangan lebih untuk melakukan pengawasan secara mendalam terhadap lembaga jasa keuangan bukan bank.
Karena itu jika terjadi pelanggaran yang merugikan untuk tindak pidananya akan ditangani pihak kepolisian. Terkait izin investasi MMM, Patahuddin mengatakan bahwa prihal izin adalah kewenangan OJK pusat. Namun jika investasi tersebut telah menyebar dan berada di daerah maka wajib untuk izin kepada OJK yang berada di daerah.
Ia menambahkan, selain besaran suku bunga yang diberikan, indikator lain yang wajib diketahui sebelum memutuskan ikut berinvestasi adalah legalitas usaha.
Untuk mengetahu legalitas tersebut bisa ditanyakan langsung ke OJK Sumsel melalui nomor pengaduan. Setelah adanya pengaduan OJK akan segera menindaklanjuti. (bbn)
*Telah diterbitkan di TRIBUN SUMSEL*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar